Jawa

Dampak Melemahnya Rupiah, Perajin Tahu di Kota Magelang Kurangi Ukuran Tahu

Para perajin terpaksa mengurangi sedikit ukuran tahu, daripada harus menaikkan harga tahu.

Penulis: Rendika Ferri K | Editor: Gaya Lufityanti
TRIBUNJOGJA.COM / Rendika Ferri
Perajin usaha tahu di Kampung Trunan, Kelurahan Tidar Selatan, Magelang Selatan, Rabu (12/9/2018). 

Laporan Reporter Tribun Jogja, Rendika Ferri K

TRIBUNJOGJA.COM, MAGELANG - Dampak melemahnya rupiah membuat harga bahan baku pembuatan tahu yakni kedelai impor naik sebesar Rp 300 per kilogram, dari Rp 7.200 per kilogram menjadi Rp 7.500 per kilogram.

Hal ini berdampak kepada pelaku usaha tahu di Kota Magelang.

Para perajin terpaksa mengurangi sedikit ukuran tahu, daripada harus menaikkan harga tahu.

Baca: OJK : Perbankan Yogyakarta Belum Terdampak Depresiasi Rupiah

Seperti yang dilakukan oleh Rusiyah (51), perajin tahu di Kampung Trunan, Kelurahan Tidar Selatan, Magelang Selatan, mengatakan, kenaikan harga kedelai untuk bahan baku tahu dan tempe memang mengalami kenaikan hingga Rp300 per kilogram.

Kendati tak naik signifikan, tetapi sedikit banyak berpengaruh terhadap para perajin tahu.

Pasalnya perajin membeli bahan baku dalam jumlah cukup banyak.

Sampai saat ini harga kedelai impor sudah menyentuh Rp 7.500 per kilogram.

"Memang ada kenaikan dari kedelai, sekarang sudah mencapai Rp7.500 dan kemungkinan masih akan naik lagi," kata Rusiyah saat ditemui Tribunjogja.com di rumah produksinya, Rabu (12/9/2018).

Rusyiah pun mau tidak mau mengurangi sedikit ukuran tahu.

Jika tiap pak tahu biasanya dipotong menjadi 50 bagian, kini dirinya mengukurnya ulang menjadi 60 potong.

Pihaknya memilih mengurangi ukuran tahu, daripada harus menaikkan harga.

"Kami menyiasati dengan mengurangi ukuran tahu, tapi sedikit, dan tidak begitu terlihat, daripada kami harus menaikkan harga, nanti masyarakat jadi susah untuk membeli," ucapnya.

Rusiyah menjual tiap potong tahu seharga Rp400 per butir.

Sedangkan per kilogramnya di jual dengan harga Rp20 ribu.

Untuk tahu kiloan tidak terdampak ukuran, tetapi akan ada rencana kenaikan harga Rp22 ribu atau Rp23 ribu,menyesuaikan kondisi pasar.

Sedari lama para perajin tahu di Kota Magelang juga memilih menggunakan kedelai impor dari Amerika Serikat yang memiliki harga lebih murah dibandingkan dengan kedelai lokal.

Kusnandar (60) perajin tahu lainnya berharap pemerintah dapat menstabilkan harga kedelai.

Pasalnya, dampak melemahnya rupiah terhadap dollar ini sedikit banyak mempengaruhi para pelaku usaha tahu.

"Saya kurang paham soal harga dolar dan rupiah, saya tahunya pemerintah bisa memperhatikan harga kedelai. Yang penting, sebagai pengusaha tahu agar usahanya bisa lebih maju lagi," katanya.

Baca: Rupiah Terdepresiasi, Disperindag Sleman Sebut Industri Kedelai dan Logam Paling Terdampak

Sementara itu, Hasanudin,  seorang pengusaha kerupuk tahu Cahaya Tidar mengatakan, dampak rupiah melemah terhadap dollar memang membuat kenaikan harga kedelai untuk bahan baku tahu, yang juga berdampak pada harga tahu untuk bahan baku kerupuk tahu.

Meskipun begitu, kenaikan dirasa masih kecil dan tak signifikan.

Para pelaku usaha produk olahan tahu dinilai tidak terpengaruh, dan tetap melakukan usaha seperti biasa.

Baru jika kenaikan melampaui Rp 500 per kilogram dapat mempengaruhi usaha mereka.

"Berbarengan dolar naik, belum tentu serta merta harga kedelai naik, Saat ini naiknya cuma sekitar Rp 300, kami kira masih stabil. Tetapi kalau lonjakan di atas Rp 500 baru terasa," kata Hasanudin.(*)

Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved