Bisnis
Bermula dari Hobi, Alumnus UAJY Ini Merintis Usaha Boneka
Cerdik melihat peluang, mungkin juga menjadi ungkapan yang tepat untuk disematkan pada sosok kelahiran 14 Maret 1994 ini.
Laporan Calon Reporter Tribun Jogja, Yosef Leon Pinsker
TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - "Menjalankan usaha boneka adalah menjalani hobi yang dibayar", demikian kira-kira ungkapan Filly Sugito ketika menceritakan kisahnya berjualan boneka dan aneka aksesoris yang telah dirintisnya sejak empat tahun ini tepatnya pada 2014 silam.
Gadis asal Sulawesi ini mengaku, jiwa wirausahanya diturunkan lewat orangtuanya yang juga pedagang.
Baca: Dampak Melemahnya Rupiah, Perajin Tahu di Kota Magelang Kurangi Ukuran Tahu
Latar belakang pendidikan yang berasal dari lulusan Akuntansi Universitas Atmajaya, turut membantunya dalam mengelola usahanya tersebut.
Cerdik melihat peluang, mungkin juga menjadi ungkapan yang tepat untuk disematkan pada sosok kelahiran 14 Maret 1994 ini.
Filly memulai usaha boneka karakternya, ketika jumlah pengusaha boneka karakter masih terbilang sedikit, padahal boneka karakter tengah tren kala itu.
"Waktu itu kan boneka Line karakter lagi hits banget, saya juga suka, seneng. Trus itu nyarinya juga susah, pas cari-cari ternyata dapat satu dua. Rupanya saya liat permintaan nya banyak. Akhirnya mutusin untuk buka usaha itu," kisahnya pada Tribunjogja.com.
Bermodalkan uang bulanan yang disisihkannya setiap bulan ketika masa kuliah dulu, Filly yang kini sehari-harinya bekerja sebagai customer service salah satu bank swasta di Yogya ini pun mantap memulai usahanya.
Ia mengaku, mendapatkan stok boneka lewat saudara dan kenalan yang ada di luar kota.
Pemasarannya, hingga saat ini dilakukan lewat sosial media, yakni Instagram pada akun @rumahbonekaaa.
"Namanya saya pilih yang sederhana aja, biar gampang diingat orang," cetus sosok berkacamata ini.
Selama menjalankan usahanya, pesanan terjauh bahkan sempat ada dari daerah Papua, Kalimantan, hingga Sumatera.
Tak luput pula pengalaman buruk sempat dialami olehnya dalam menekuni usahanya tersebut.
Baca: OJK : Perbankan Yogyakarta Belum Terdampak Depresiasi Rupiah
Mulai dari penipuan, menghadapi konsumen yang kecewa karena barang tidak sesuai harapan, sampai risiko barang rusak sewaktu dalam pengiriman.
"Tapi seiring waktu berjalan, saya jadi terbiasa karena hadapin customer dengan karakter yang berbeda-beda, mulai belajar dari situ," tuturnya.
Sekarang, dalam sehari usahanya tersebut bisa mendapatkan empat hingga enam kali orderan dalam sehari, dengan omzet mencapai rata-rata Rp5-6 juta perbulan. (*)