Ular Piton Besar Ditemukan Lemas Setelah Menelas Sesuatu, Warga Penasaran Keluarkan Isi Perutnya
Hewan itu tidak melakukan perlawanan karena kekenyangan. Namun, pada saat ditangkap ular tersebut mati dengan sendirinya diduga karena kekenyangan
TRIBUNJOGJA.COM - Penemuan ular piton dengan kondisi perut yang membesar membikin warga desa ini gempar.
Masyarakat Desa Jirak Kecamatan Jirak Jaya, Kabupaten Musi Banyuasin (Muba) digemparkan dengan penemuan ular sanca kembang atau Piton Reticulatus sepanjang 5 meter di areal perkebunan milik warga, Jumat (31/8/18), lalu.
Ular itu ditemukan dalam kondisi sudah lemas. Kondisi perutnya besar, habis memakan sesuatu.
Penemuan ular piton tersebut sempat menjadi perhatian warga yang hendak melihat apa yang di makan oleh sang ular yang telah mati.
Penemuan ular sendiri pertama kali oleh Parman yang sedang mengecek kebun miliknya.
Pada saat membersihan kebun tersebut Parman dikejutkan gerakan dari semak-semak tepat berada di depanya.
Baca: Rincian Waktu dan Tahapan rekrutmen CPNS 2018, Pendfataran Dimulai dari Portal sscn.bkn.go.id
Baca: Bule Austria Ikuti Ritual Lampah Budaya Mubeng Beteng
Baca: Kebiasaan Makan Bisa Dibaca Berdasarkan Zodiak, Begini Penjelasannya
Karena penasaran lantas Parman mengecek semak tersebut, ternyata seekor ular piton dengan perut membesar yang habis memakan sesuatu terdiam.
“Saya mau bersihkan kebun, ada bunyi-bunyi dari semak saya cek ternyata ular besar yang habis makan sesuatu. Langsung saya panggil warga yang lain untuk menangkap ular tersebut,” kata Parman.
Lanjutnya, warga yang berdatangan langsung menangkap ular tersebut.
Hewan itu tidak melakukan perlawanan karena kekenyangan. Namun, pada saat ditangkap ular tersebut mati dengan sendirinya diduga karena kekenyangan.
“Kami tangkap ular itu tapi kondisinya sudah lemas dan mati. Karena merasa penasaran dengan isi perut ular tersebut kami mengeluarkan isi perutnya, takutnya itu orang ternyata babi hutan,”ungkapnya.
Baca: Warga Yogya Doakan Indonesia Damai di Ritual Mubeng Beteng
Baca: 5 Zodiak Ini Dikenal Romantis, Jangan Dilepaskan Ya
Baca: Klasemen Sementara dan Jadwal Liga 1, Bali United Tempel Persib Bandung
Sementara, Kapolsek Sungai Keruh, IPTU Ade Nurdin SH menambahkan pasca ditemukanya ular tersebut dirinya secara langsung turun dan mengecek apa yang telah di makan oleh ular.
Ular tersebut memakan babi liar dan karena tidak bisa bergerak sehigga mati lemas.
“Ularnya sudah mati mungkin efek kekenyangan, ular tersebut langsung di kuburkan karena sudah tercium bau busuk dan amis. Selain itu kita juga menghimbau kepada warga yang ikan berangkat berkebun dan kesawah untuk senantias selalu berhati-hati,” ungkapnya.
Balita Bermain dengan Ular
Sebagian orang mungkin akan merinding, dengan yang dilakukan anak laki-laki kecil di Jawa Timur ini.
Ia berani bermain dengan ular piton raksasa, yang ukurannya berkali-kali lebih besar dari tubuhnya.
Aksi bocah itu terekam kamera dan viral di media sosial.
Media yang berbasis di Inggris, Metro, tertarik untuk membuat berita tentang balita itu dan diberi judul "Laughing parents film toddler playing with enormous python".
Media tersebut juga mengunggah video anak kecil itu saat bermain-main dengan piton sambil tertawa.
Bocah itu awalnya duduk di sela-sela tubuh piton yang sedang melingkar.

Bukannya melilit si bocah, ular tersebut justru berusaha menjauh.
Tak puas sampai di situ, balita itu kemudian berlari ke arah kepala piton dan memegangnya.
Bocah itu terus tertawa dan berbicara tanpa lafal jelas saat bermain bersama piton.
Tak dijelaskan bagaimana akhir dari kejadian tersebut.
Namun, piton tampak tak terganggu dengannya dan terdengar ada orang dewasa yang mengawasi si bocah.
Sedangkan piton biasanya akan melilit tubuh korbannya dan kemudian menelannya.
Penjelasan Kenapa Ular Tak Mati Oleh Racunnya Sendiri
Hewan beracun menjadi sebuah ancaman tersendiri bagi mangsanya. Racun dari hewan tersebut dapat memberikan dampak yang berbeda: ada yang hanya membuat lumpuh hingga mematikan korbannya dengan cepat.
Ini menjadi pembahasan menarik dan menimbulkan pertanyaan, apakah hewan beracun menerima dampak dari racunnya sendiri?
Dilansir dari Ted Ed, Rebecca D Tarvin, seorang ahli biologi dari Texas University mencoba memberikan jawabannya.
Menurut dia, ada satu dari dua strategi dasar yang digunakan hewan untuk bertahan dari racunnya sendiri: menyimpan senyawa tersebut dengan aman atau mengembangkan resistansi terhadap racun tersebut.
“Kumbang pengebom menggunakan cara pertama. Mereka menyimpan senyawa untuk racunnya dalam dua tempat yang terpisah," katanya.
Dia melanjutkan, ketika mereka ( kumbang) terancam, katup antara dua tempat tersebut terbuka dan zat kimia tercampur dan menghasilkan reaksi kimia yang keras sehingga semprotan korosif bisa ditembakkan keluar dari kelenjar, melewati ruang keras yang melindungi jaringan internal kumbang.
Cara yang sama juga dimiliki oleh ubur-ubur yang menyimpan racunnya secara aman di tempat yang menyerupai harpun yang disebut nematocyst.
Hal serupa terjadi juga pada ular yang menyimpan racunnya pada tempat yang hanya memiliki satu pintu keluar, yakni taring.
Namun yang menjadi pembedanya adalah, ular juga mampu melakukan cara kedua, yaitu menciptakan biokimia yang resistan terhadap bisanya.
Rebecca mencontohkan ular derik sebagai salah satu ular yang mampu memroduksi protein khusus yang mengikat dan menonaktifkan komponen racun dalam darah.
Selain itu, katak panah juga mengembangkan imunitas terhadap racunnya sendiri, namun melalui mekanisme yang berbeda dari ular.
Katak panah bertahan diri menggunakan ratusan senyawa pahit bernama alkaloid yang diperoleh dari mangsa antropoda kecil seperti semut.
Salah satu alkaloid paling kuat adalah epibatidine yang mana memiliki kadar racun yang sama seperti nikotin pada rokok, namun sepuluh kali kuat.
Lalu bagaimana katak tidak terkena dampak racunnya?
Rebecca mengibaratkan target molukelar dari alkaloid sebagai gembok, dan racun alkaloid sebagai kuncinya.
Ketika racun masuk pada target molukelar alkaloid, maka dapat memicu sinyal kimia dan listrik yang dapat menyebabkan kematian.
Namun, katak dapat mengubah bentuk dari target molukelar tersebut sehingga tidak memicu senyawa kimia yang dapat menimbulkan kematian pada katak panah.
Intinya, katak panah adalah hewan dengan pertahanan neurotoxic dimana racunnya dapat menyerang langsung pada saraf targetnya.
Untuk dapat bertahan dari racunnya ini, katak panah hanya perlu melakukan beberapa perubahan genetik dengan mengubah struktur pengikat alkaloid untuk menjaga efek buruk dari neurotoxic. (*)