Pendidikan
Berawal dari Pengalaman Pribadi, Mahasiswa UGM Ini Rancang Alat Fisioterapi
Dia mengungkapkan jika alat tersebut sengaja dirancang untuk mencegah penderita kelumpuhan agar tidak mengalami kontraktur.
Penulis: Siti Umaiyah | Editor: Ari Nugroho
TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Semangat untuk berkarya dan menciptakan prestasi-prestasi baru terus dilakukan oleh Muhammad Fahmi Husaen (21), mahasiswa prodi Komputer dan Sistem Informasi Sekolah Vokasi UGM.
Setelah sebelumnya penghargaan-penghargaan dia dapatkan, baik tingkat nasional maupun internasional, kali ini Fahmi bersama kedua temannya Widiyanto (20), dan Danar Aulia Husnan (21) berhasil menyabet dua emas sekaligus dalam Pekan Mahasiswa Ilmiah Nasional (Pimnas) 2018 yang diadakan di Universitas Negeri Yogyakarta pada 28 Agustus-2 September 2018.
Kali ini tim Fahmi berhasil menciptakan aplikasi Aveo (Achilles Physiotherapy Orthosis), yakni sepatu pencegah kontraktur angkle kaki pada penderita kelumpuhan.
Dia mengungkapkan jika alat tersebut sengaja dirancang untuk mencegah penderita kelumpuhan agar tidak mengalami kontraktur.
Baca: Mahasiswa UGM Kembali Raih Emas dalam Ajang Pimnas 2018
"Alat ini berfungsi untuk mengerakan engkel kaki melalui sepatu yang sudah tersambung dengan smartphone. Yang mana bisa digunakan oleh orang yang mengalami kelumpuhan agar tidak sampai kontraktur. Ini bisa digunakan sebagai media fisioterapi," terangnya.
Fahmi menyebutkan, jika penciptaan alat tersebut berasal dari pengalaman pribadinya yang menderita Dunchne Muscular Distropy (DMD) dan membuat kekuatan otot kakinya tidak maksimal sehingga harus menggunakan kursi roda untuk beraktivitas.
Dia mengatakan, saat itu dirinya tidak bisa melakukan fisioterapi, oleh karenanya terpikirlah untuk menciptakan alat tersebut untuk membantu orang-orang yang tidak bisa melakukan fisioterapi.
Mengenai cara kerja, dia menyebutkan jika smartphone dan sepatu sebelumnya sudah dirancang sedemikian rupa menggunakan koneksi bluetooth.
Nantinya, pengguna cukup dengan memakai sepatu dan membuka aplikasi.
Terdapat dua mode yang bisa dipilih oleh pengguna, yakni otomatis dan manual.
Baca: Ahli Fisioterapi RSUP Dr Sardjito Hilang sejak November
"Kita menggunakan koneksi bluetooth yang tersambung antara sepatu dan smartphone. Nantinya, sepatu bisa bergerak secara otomatis ke atas dan kebawah. Nantinya pengguna juga bisa mengatur kecepatan sepatu dengan menggeser slide," ungkap pria kelahiran 18 Mei 1997.
Sementara itu, Widiyanto menyebutkan jika biaya untuk merancang produksi mencapai 2,5 juta.
Namun, ketika produk tersebut diproduksi secara massal hanya membutuhkan biaya 1,5-2 juta
Sedangkan ketahanan alat tersebut bisa mencapai 100 menit jika digunakan secara terus-menerus.
"Kami baru membuat satu sepatu, harusnya 1 pasang. Alat ini saat sudah melalui evaluasi dokter dan terapis. Yang mana alat cukup digunakan selama 15-30 menit untuk fisioterapi," terangnya.