PSIM Yogyakarta
PSIM Yogyakarta Gagal Berikan Kado Ultah, Brajamusti : Kita Berharap Prestasi Signifikan
Selain masih tertahan di kompetisi level dua dalam kisaran satu dekade terakhir, Laskar Mataram pun terseok dan kesulitan untuk bangkit.
Penulis: Azka Ramadhan | Editor: Gaya Lufityanti
TRIBUNJOGJA.COM - Tepat 89 tahun silam, atau pada 5 September 1929, PSIM Yogyakarta dilahirkan. Sebuah klub bersejarah, yang terus bertahan hingga kini.
Sayang, sebagai satu dari beberapa klub tertua di tanah air, PSIM tak kunjung bangun dari tidur panjangnya.
Selain masih tertahan di kompetisi level dua dalam kisaran satu dekade terakhir, Laskar Mataram pun terseok dan kesulitan untuk bangkit.
Baca: Tanpa Dukungan Suporter, Pelatih PSIM : Sangat Berpengaruh Pada Mental Tim
Beragam problem berdatangan silih berganti.
Mulai dari masalah keuangan, hingga dipaksa menjadi tim musafir.
Hal tersebut tercermin dalam perayaan hari jadinya tahun ini.
Dari catatan Tribunjogja.com, sebenarnya PSIM memiliki kesempatan emas untuk menggelar perayaan meriah, mengingat tanggal ulang tahunnya bertepatan dengan laga lanjutan Liga 2 2018, melawan PSBS Biak.
Akan tetapi, buntut dari insiden yang terjadi pada laga Derby DIY menghadapi PSS Sleman, Kamis (26/7/2018) silam, membuat PSIM diharuskan berlaga tanpa penonton, atau suporter.
Alhasil, kenyataan pedih ini membuat perayaan hari ulang tahun PSIM terasa begitu sunyi.
Tiada gemuruh dan nyanyian suporter di Stadion Sultan Agung, Bantul, seusai laga.
Raut muka pemain pun tampak layu, setelah laga melawan PSBS gagal dimaksimalkan.
Poin penuh lepas, perayaan ulang tahun Laskar Mataram pun semakin hampa.
Dalam hari jadi yang ke 89 ini, PSIM sendiri mengusung jargon 'Adhimukti', yang berasal dari bahasa sang sekerta.
Manajer Marketing PSIM, Ditya Rizky, mengatakan bahwa 'Adhimukti' dalam bahasa Indonesia, memiliki makna, atau arti bersemangat.
"Semangat untuk berjuang bersama, dalam menggapai mimpi dan cita. Ini merajuk pada konsep semangat juang seluruh pemain PSIM dan suporter, yang terus bersinergi dalam kondisi apapun," katanya.
Memang, harus diakui, pil pahit sejatinya sudah akrab ditelan kubu Laskar Mataram tahun ini.
Bagaimana tidak, PSIM dipaksa menjalani kompetisi dengan pengurangan sembilan poin.
Logikanya, berat bagi Hendika Arga dan kawan-kawan untuk lepas dari jeratan degradasi.
Namun, selaras dengan jargon 'Adhimukti', Hendika Arga dan kawan-kawan berhasil menunjukkan semangat juang luar biasa, melunasi tanggungan poin minus sembilan, hingga akhirnya mampu merangsek ke papan tengah klasemen sementara grup timur.
"Sebagai klub tertua di DIY, di usia PSIM yang ke 89 tahun ini, sebagai suporter, kita berharap prestasi signifikan di setiap jenjang kompetisi yang diikuti," ucap Presiden Brajamusti, satu di antara wadah suporter PSIM, Burhanudin.
Baca: Ditahan Imbang PSBS Biak, PSIM Yogyakarta Gagal Berikan Kado Ulang Tahun
Ya, harapan para pecinta Laskar Mataram terlanjur tinggi.
Di usia yang sudah menginjak 89 tahun, sudah saatnya PSIM kembali menunjukkan tajinya di dunia sepakbola Indonesia.
Jangan sampai, keberadaan PSIM hanya menjadi 'monumen' semata. (*)
