Yogyakarta
Fakultas Kedokteran Hewan UGM dan AQSI Gelar Pelatihan Penyembelihan Hewan Kurban
Fakultas Kedokteran Hewan UGM dan AQSI Gelar Pelatihan Penyembelihan Hewan Kurban
Penulis: Yudha Kristiawan | Editor: Hari Susmayanti
Laporan Reporter Tribun Jogja Yudha Kristiawan
TRIBUNJOGJA.COM - Fakultas Kedokteran Hewan UGM bersama AQSI (Aksi Qurban Sehat Syar'i Indonesia) menginisiasi Pelatihan Qurban Sehat Syar'i untuk para pengurus atau takmir masjid, Selasa (14/8/2018).
Acara ini diikuti oleh kurang lebih 100 peserta yang berasal dari pengurus atau takmir masjid di seluruh DIY.
Salah satu peserta adalah Darmanta, takmir Masjid Al-Huda Janti Baru. Ia berharap dengan mengikuti pelatihan ini, pada Idul Adha yang sebentar lagi tiba, bisa menangani sendiri penyembelihan hewan kurban.
Selama ini, takmir Masjid masih menggunakan jasa jagal ketika menyembelih hewan kurban. Rencananya, mulai tahun ini Darmanta akan menggantikan peran jagal untuk menyembelih hewan kurban.
"Kalau menyembelih kambing beberapa pengurus masjid sudah berani menyembelih sendiri, tapi untuk sapi belum siap. Untuk itu, kami mengikuti pelatihan ini supaya paham bagaimana menyembelih hewan kurban sehingga sehat dan syar'i," ujar Darmanta.
Baca: Puasa Tarwiyah dan Arafah akan Dilaksanakan Pada 20 dan 21 Agustus 2018, Seperti Ini Niatnya
Di kesempatan yang sama, Wakil Dekan Fakultas Kedokteran Hewan UGM, Agung Budiyanto menjelaskan, untuk kasus yang ditemukan di 2017 pada proses penyembelihan, masih ditemukan sapi yang disembelih belum dewasa.
Ia menerka, panitia kemungkinan belum mengetahui secara pasti bagiamana menentukan umur sapi apakah sudah dewasa atau belum.
Selama ini metode untuk menentukan umur sapi yang menggunakan parameter berat badan, perlu ditinjau kembali.
"Melihat apakah sapi sudah dewasa atau belum bisa dari giginya. Bila masih ada gigi susu berarti masih pedet (anak sapi). Ini lah yang masih sering terjadi, kasus ini masih ada di tahun 2017," terang Agung.
Lanjut Agung, masih kerap ditemukan memotong kepala sapi padahal sapi masih dalam keadaan hidup.
Ternyata, beberapa jagal belum memahami, tidak peduli atau bisa jadi menyepelekan. Padahal cara ini tidak syar'i.
"Tahun 2017, ada sapi disembelih untuk kurban, ternyata masih hidup, dibilang keagungan Tuhan. Bukan begitu, ini ada yang kurang tepat menyembelihnya. Ada banyak kasus sapinya stres duluan, dan ketika disembelih ngamuk. Ini karena banyak yang tidak tahu, sapi harus diperlakukan dengan baik, salah satunya biar tidak stres ditempatkan bersama sapi lain dan jangan menyekat kandang terlalu menutup, " terang Agung. (tribunjogja)