Kota Jogja
Becak Kayuh Malioboro Berharap Ditata, Bukan Digeser
Pemerintah telah membangun cerukan sebagai tempat mangkal becak, namun jumlahnya tidak bisa menampung seluruh becak yang ada di Malioboro.
Penulis: Kurniatul Hidayah | Editor: Gaya Lufityanti
Laporan Reporter Tribun Jogja, Kurniatul Hidayah
TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Revitalisasi Malioboro tidak hanya berdampak pada kendaraan bermotor yang nantinya tidak diperbolehkan memasuki area semi pedestarian tersebut, namun kendaraan tradisional yang boleh berlalu lalang di sana pun yakni becak dan andong, juga terkena imbasnya.
Pemerintah telah membangun cerukan sebagai tempat mangkal becak.
Namun jumlahnya tidak bisa menampung seluruh becak yang ada di kawasan Malioboro.
Ketua Paguyuban Becak Yogyakarta, Jiyono menjelaskan bahwa terdapat sekitar 700 becak kayuh yang tersebar di Kawasan Malioboro.
Baca: Pangkalan Becak Kayuh di Malioboro Mampu Menampung 170 Unit
Namun, tidak semua pebecak beroperasi setiap hari.
Hanya sekitar 320 becak kayuh yang beroperasi setiap harinya.
"Memang tidak semua turun ke lapangan. Biasanya satu komunitas ada lima becak kayuh. Kalau total komunitas yang ada di sana 64 komunitas becak kayuh," terangnya pada Tribunjogja.com, Jumat (3/8/2018).
Kondisi tersebut, lanjutnya, terjadi pada hari-hari biasa.
Berbeda halnya pada saat hari besar terlebih libur panjang.
Semua pebecak kayuh beramai-ramai mengais rezeki dari wisatawan yang berlibur ke Malioboro.
"Karena pebecak ini kan punya pekerjaan lainnya. Kalau sepi ya mereka ke sawah, kerja tukang, tapi kalau liburan, mereka berangkat narik," tuturnya.
Pada saat revitalisasi Malioboro yang bertepatan dengan libur panjang, Jiyono menjelaskan bahwa becak kayuh harus mangkal di atas cerukan atau di bagian yang menjadi area pedestrian.
Hal tersebut baru bisa mengakomodir jumlah becak kayuh yang banyak.
"Sekarang dibangun cerukan. Satu cerukan itu bisa diisi 13-15 becak. Dari total seluruh cerukan hanya bisa 130 becak. Itu kurang," keluhnya.
Ia juga menyampaikan aspirasi teman-temannya sesama pebecak kayuh bahwa ketika dilakukan penataan, mereka enggan digeser dari tempat mangkal yang ada saat ini.
"Karena masing-masing tukang becak sudah punya tempat mangkal dan langganan selama ini. Harapannya ditata agar bisa mangkal di sana, tapi jangan digeser," ujarnya.
Sebelumnya, Kasie Penyelenggaraan Angkutan Dinas Perhubungan Kota Yogyakarta, M Zandaru Budi menjelaskan bahwa terdapat 3.800 becak kayuh yang tersebar di Malioboro.
"Itu mereka ada yang di Malioboro, Beringharjo, Patuk, dan sekitarnya," bebernya.
Baca: Penataan Kawasan Mangkubumi Bertujuan untuk Menopang Malioboro
Ia mengatakan, pasca revitalisasi Malioboro, maka akan ada 23 cerukan atau bagian yang menjorok ke dalam yang diperuntukkan sebagai tempat mangkalnya becak kayuh.
"Kalau ditempatkan dalam posisi vertikal dan ditata secara rapat, maka dari 23 cerukan itu bisa menampung sekitar 120 becak kayuh," ungkapnya.
Sementara itu, eks-Tugu KB nantinya akan mampu menjadi tempat mangkal tambahan becak di Kawasan Malioboro.
Daya tampungnya disebutkan Zandaru mencapai 50 becak kayuh.
"Jadi kalau ditotal keseluruhannya akan ada 170 becak yang bisa tertampung di sepanjang Malioboro," ujarnya.(*)