Bantul
TPST Piyungan Kewalahan Olah Sampah
Tiap hari ada 150 sampai 170 truk pengangkut sampah membuang sampah di TPST Piyungan.
Penulis: Susilo Wahid Nugroho | Editor: Gaya Lufityanti
Kondisi ini semakin diperparah dengan volume sampah yang terus bertambah tiap harinya.
Menurut Agung, tiap hari ada 150 sampai 170 truk pengangkut sampah membuang sampah di TPST Piyungan.
Jika ditimbang, ada sekitar 500 ton sampah atau jika dihitung luasannya mencapai 750 meter kubik.
Rusaknya sejumlah alat berat yang dimiliki TPST Piyungan beberapa hari lalu menjadi satu di antara bukti, bahwa TPST ini sebenarnya sudah tidak kuat menampung banyaknya sampah yang masuk.
Karena mesin tersebut, beroperasi lebih dari 12 jam sehari, yaitu sejak pukul 08.00 pagi sampai 22.00 malam.
Bukan tanpa upaya, pemerintah daerah sebenarnya telah menghimbau agar terminal sampah di kota dan masing-masing kabupaten mengolah sampah terlebih dahulu demi mengurangi sampah yang dibuang ke TPST. Sayang, upaya ini tak berjalan mulu. “Cuma tereduksi 10 persen,” kata Agung.
Baca: Alat Berat Rusak, TPST Piyungan Tak Bisa Terima Sampah
Pengadaan Insenerator sempat disampaikan ke Pemrov untuk mempercepat penghancuran sampah.
Tapi pengajuan alat ini belum juga mendapat restu.
Disinyalir, keterbatasan dana dari menjadi sebab mengingat harga alat yang mencapai Rp 300 miliar untuk peruntukkan sampah seluas TPST Piyungan.
Belum lagi resiko yang tetap memunculkan dampak negatif lingkungan.
Insenerator, atau alat pembakar sampah yang di operasikan dengan menggunakan teknologi pembakaran pada suhu tertentu agar sampah terbakar habis ini berisiko menghasilkan polusi udara dari sisa pembakaran.
Oleh sebab itu, pihak TPST menurut Agung memilih tetap menerapkan sistem Sanitary Landfill sembari mencari solusi bersama Pemprov DIY meski pengolahan sampah tidak efektif.
“Karena kemampuan kami hanya dengan menimbun sampah dengan tanah, tapi akan terus dilakukan kajian,” katanya. (*)