Kisah Inspiratif Anggota Polisi
Kisah Polisi Jualan Cilok Demi Biayai Terapi Sang Anak
Kisah Polisi yang Bertugas di Polda DIY Jualan Cilok Demi Biayai Terapi Sang Anak
Penulis: rid | Editor: Hari Susmayanti
TRIBUNJOGJA.COM - Seorang ayah tentu menginginkan hal yang terbaik untuk anaknya, terlebih jika anak tersebut masuk dalam kategori anak berkebutuhan khusus (ABK).
Mengingat ABK harus mendapat perlakuan khusus seperti terapi dan sebagainya, di mana untuk mendapat perlakuan khusus layaknya terapi rutin harus diiringi dengan kemampuan finansial yang mumpuni.
Kemampuan finansial setiap orang sejatinya dapat ditingkatkan, dan bisa dilakukan dengan beragam cara dan usaha, salah satunya dengan berdagang.
Hal itulah yang dilakuakan oleh Brigadir Kepala (Bripka) Toni Purwanto (37).
Berbekal kesukaannya akan memasak dan memakan jajanan khas Jawa Barat yaitu cilok (Aci di colok), anggota Bidang Humas Polda DIY akhirnya memutuskan untuk berjualan cilok di Jalan Raya Tajem KM.2, Maguwoharjo, Sleman, tepatnya di sekitaran kantor Bank BRI selepas berdinas di Mapolda DIY.
Selain mendapatkan keuntungan yang terbilang cukup dari hasil berjualan cilok, khususnya untuk biaya terapi anaknya, anggota Polda DIY juga dapat menyalurkan hobinya yakni memasak dan memberi himbauan mengenai kamtibmas kepada pelanggan setianya.
Ditemui saat di Polda DIY, pria berkacamata ini mengatakan bahwa ide berjualan cilok tersebut muncul karena kesukaannya memakan jajanan yang berbahan dasar tepung tapioka dan tepung terigu tersebut saat berdinas di Polda Metro Jaya pada tahun 2006.
Saat bertugas di Jakarta, hampir setiap hari ia menyempatkan waktu untuk membeli beberapa butir cilok yang membuatnya ketagihan.
Di tahun 2017, Toni dipindah tugaskan ke Polda DIY, tepatnya pada bulan Januari 2017.
Di saat itulah ide untuk membuat dan menjual cilok muncul.
Bripka Toni pun mulai melakukan riset untuk membuat cilok yang enak dan higienis.
"Resep ciloknya bikin sendiri, karena saya hobi masak. Pertama lihat dari youtube, dan karena sering jajan cilok jadi sering ngobrol sama beberapa penjual cilok Ciamis. Akhirnya saya kolaborasikan itu (berbagai resep) dan saya dapat resep untuk cilok saya," ujarnya, Selasa (10/7/2018).
Lanjut pria yang murah senyum ini, bahwa setelah dua bulan lamanya mencari resep akhirnya pada bulan Maret 2017 Toni memutuskan untuk berjualan cilok.
Selain cilok, ia juga menjajakan bakso ayam dan tahu bakso. Ia pun memutuskan nama untuk ciloknya dan akhirnya tercetus nama cilok 86.
"Pernah cari-cari nama brand dan akhirnya menamai cilok 86 karena familiar dengan masyarakat. Selain itu, 86 kan artinya perintah atau komando, mengerti dan paham," katanya.
Cilok yang dijualnya ini, kata Toni merupakan hasil ciptaannya sendiri, mulai dari membuat adonan hingga membentuknya menjadi butiran cilok.
Bersama sang istri, Toni biasanya memproduksi cilok hingga dini hari.
"Pernah saya buat sendiri seribu butir sampai dini hari, karena hal itu membuat saya terlambat ke kantor dan ditegur. Karena itu saat ini minta bantu orang untuk membentuk butiran cilok. Kalau saya yang menguleni dan mengisi isi tahunya. Kalau yang cari bahan terkadang saya atau istri," ucapnya.
Pria yang bertempat tinggal di Sambisari, Purwomartani, Kalasan, Sleman ini mengaku pekerjaan sampingan yang dilakoni ini mendapat dukungan penuh dari keluarga dan rekan kerjanya.
Menurutnya, keluarga juga menjadi salah satu motivasi tersendiri untuk berjualan cilok selain berdinas di Mapolda DIY.
"Saya tidak malu atau gengsi, karena kan halal, semua juga mengapresiasinya. Keluarga jadi motivasi tersendiri karena anak saya ada yang ABK sehingga harus terapi juga dan biayanya lumayan mahal," ucapnya.
Istri dari Ade Nasibah (36) ini mengaku sudah lebih dari setahun berjualan cilok.
Omset Rp600 Ribu Perhari
Cilok yang dijual oleh Bripka Toni ini dijual dengan harga yang sangat terjangkau.
Setiap butirnya, dihargai Rp 1000.
Dalam sehari, Toni mengaku omset jualan ciloknya berkisar Rp400 ribu hingga Rp 600 ribu. (tribunjogja)