Kisah Inspiratif
Inspiratif, Meski Tanpa Tangan Utuh, Eko Sugeng Sukses Jadi Seorang Barista
Inspiratif, Meski Tanpa Tangan Utuh, Eko Sugeng Sukses Jadi Seorang Barista
Penulis: Wahyu Setiawan Nugroho | Editor: Hari Susmayanti
Laporan Reporter Tribun Jogja Wahyu Setiawan Nugroho
TRIBUNJOGJA.COM - Siapa yang menyangka bahwa profesi sebagai barista hanya dapat dilakukan oleh manusia dengan kondisi tubuh normal.
Hal tersebut tak berlaku bagi Eko Sugeng, laki-laki difabel yang kini menjadi barista part time di Cupable Coffee.
Ya, Cupable Coffee merupakan cafe kopi yang lokasinya berdekatan dengan Panti Rehabilitasi Yakkum di Jalan Kaliurang Km 13, Sleman DIY.
Eko Sugeng merupakan difabel dengan kondisi kedua lengannya yang hanya memiliki setengah bagian.
Baca: Stand Produk Sleman Jadi Juara Umum di Pameran Apkasi Otonomi Expo 2018
Kejadian tersebut terjadi pada beberapa tahun lalu, saat kedua lengan Eko terpaksa harus diamputasi usai dirinya tersengat listrik yang menyebabkan kedua lengannya terluka parah dan tak dapat diselamatkan.
Meski sempat putus asa dan terpuruk akibat kejadian tersebut, Eko merasa kembali percaya diri usai menjalani rehabilitasi di Pusat Rehabilitasi Yakkum beberapa tahun lalu hingga dirinya diangkat menjadi seorang staf di Yayasan tersebut.
Menjadi Barista
Awal mula ketertarikannya menjadi barista bermula dari kesukaannya minum kopi di cafe kopi dekat tempatnya bekerja.
Hingga akhirnya, dirinya ditawari oleh barista cafe kopi tersebut untuk menjajal dan berlatih membuat kopi dengan alat-alat layaknya seorang barista.
"Di sini saya diberi kesempatan untuk mencoba dan tidak dianggap sebelah mata, saya disupport untuk bisa, dan akhirnya saya mencoba," ungkap pria berusia 33 tahun ini kepada Tribunjogja.com beberapa waktu lalu.
Sejak saat itu dirinya menjajal beragam mesin kopi yang digunakan untuk meracik beragam kopi pesanan pelanggan.
Baca: ORI DIY Akan Kaji Laporan Pungutan di SMPN 4 Ngaglik Sleman
Tangan yang tak sempurna itu, kini mulai lihai mengambil biji kopi yang telah melalui proses roasting dari sebuah toples kecil, biji kopi Aceh Gayo waktu itu yang ia ambil.
Kemudian secara perlahan biji kopi yang ia ambil menggunakan alat meyerupai sendok itu coba ia masukkan ke dalam mesin grinder.
Tal berselang lama, biji-biji kopi tersebut berubah menjadi serbuk yang kemudian ia masukkan ke portafilter dan ia tamping dengan alat tamper.
Selanjutnya, meski tampak sedikit kesulitan, ia mulai memasukkannya ke dalam mesin ekspreso.
Tak ketinggalan, dirinya pun juga sudah tampak terlatih membawa nampan dan kopi buatannya menuju meja pelanggan, meski tampak sedikit beresiko jatuh namun ia sekalipun tak ragu membawa dan dengan percaya dirinya menaruh gelas kopi di meja pelanggan.
Kegiatan tersebut kini mulai rutin ia lakukan. Menjadi bagian dalam barista Cupable Coffee menjadi dirinya merasa berguna dan memiliki kesetaraan dengan orang normal lainnya.
Itulah yang ia inginkan, tak ada diskriminasi terhadap penyandang disabilitas.
"Melalui kopi dan menjadi barista menjadi bukti bahwa kita (difabel) bisa," ungkapnya.
Ingin Akses Pekerjaan
Melalui Eko Sugeng yang sukses menjadi barista meski memiliki keterbatasan fisik, membuat Panti Rehabilitasi Yakkum terinspirasi memberikan pelatihan inklusif barista bagi orang dengan rawan diskriminasi salah satunya yakni orang dengan disabilitas.
Melalui pelatihan ini menjadi sebuah harapan bagi para kaum difabel dan rawan diskriminasi untuk memperoleh pekerjaan dan membuat usaha.
Akses yang mendukung bagi kaum difabel dan sikap skeptis masyarakat terhadap kaum difabel masih menjadi hantu bagi para penyandang difabel sehingga ia dan lainnya berharap hal tersebut mulai terkikis.
"Sebenarnya bukan kita ingin dispesialkan namun hanya ingin kita diberi jalan dan fasilitas pendukung untuk mewujudkan apa yang ingin kita cita-citakan," ungkap Eko. (tribunjogja)