Kedai Tarto Kopi
Di Kedai Kopi Ini, Secangkir Kopi Bisa Dibayar Pakai Sampah Botol Plastik
Di Kedai Kopi Ini, Secangkir Kopi Bisa Dibayar Pakai Sampah Botol Plastik
Penulis: Ahmad Syarifudin | Editor: Hari Susmayanti
Laporan Reporter Tribun Jogja, Ahmad Syarifudin
TRIBUNJOGJA.COM - Kedai Tarto Kopi memang unik dan menarik. Selain bisa dibayar seikhlasnya, secangkir kopi di tempat ini juga bisa dihargai dengan hanya menukar sampah bekas botol plastik.
Penukaran secangkir kopi dengan sampah bekas botol air mineral di kedai ini bebas ukuran.
"Sampah bekas botol plastik ukuran apa saja kami terima. Silahkan, secangkir kopi bisa ditukar dengan membawa 8 botol sampah plastik," ujar owner Tarto Kopi, B.M. Anggana, Senin (9/7/2018)
Eng, sapaan akrab B.M Anggana, menjelaskan, sampah-sampah plastik yang terkumpul dari hasil penukaran kopi itu nantinya akan digunakan sebagai media pertunjukan bertajuk Octagon Syndrome, yang dihelat pada bulan Agustus mendatang.
Octagon Syndrome merupakan sebuah projek teater yang digagas oleh Komunitas Sakatoya bersama snooge artwork.
"Pertunjukan itu kami membutuhkan kurang lebih 10.000 sampah plastik," terang Eng yang juga merupakan founder sekaligus sutradara dari komunitas Sakatoya.
Baca: Serunya Menikmati Kopi Tarto, Biji Kopi Diuleg dan Bayar Seikhlasnya
Diungkapkan Eng, ide awal projek teater Octagon Syndrome berangkat dari rasa kegelisahan, karena melihat banyaknya sampah plastik dari kebiasaan hidup manusia sehari-hari.
"Setiap hari, saat haus, kita mudah sekali membeli minum air kemasan. Padahal sampah plastik susah sekali diurai," ungkapnya.
Dari kegelisahan itu, ia kemudian bersama komunitas Sakatoya melakukan riset kecil-kecilan dengan mengunjungi beberapa tempat pembuangan sampah (TPS).
Hasilnya, Eng mengaku menemukan gunungan sampah yang jika dikorek ke bagian dalam, ternyata dihuni oleh sampah jenis plastik.
"Selain itu, kami juga menemukan jurnal penelitian, tahun 2016, yang menerangkan bahwa Indonesia menjadi negara penyumbang sampah plastik terbesar kedua di dunia," terang dia.
Dari riset kecil-kecilan itu, Eng bersama teman-teman komunitas Sakatoya merasa prihatin, dan merasa harus ambil bagian untuk menyelamatkan bumi dari sampah plastik.
Ia bersama komunitas Sakatoya kemudian mencoba mengungkapkan kegelisahan itu melalui sebuah karya pertunjukan.
"Kami ingin mencoba membuat karya tentang kegelisahan ini. Dengan media utama plastik. Petunjukan itu kami beri nama Octagon Syndrom," jelasnya.
Mengapa media plastik yang dipilih, karena menurut Eng, sampah plastik merupakan sampah yang sangat susah diurai oleh tanah. "Butuh ratusan tahun untuk bisa diurai," tegas dia.
Tak harus menunggu lebih lama lagi, gerakan peduli terhadap sampah plastik kemudian ia jalankan, dengan membuka penukaran delapan botol sampah plastik dengan secangkir kopi.
"Kami ingin melihat ada nggak sih teman-teman yang peduli. Melalui gerakan tukar botol plastik dengan secangkir kopi ini juga sekaligus ajakan kepada temen-temen semua. Menggugah kepedulian terhadap sampah plastik," tutur lelaki berkaca mata ini.
Sejauh ini, menurut Eng, sudah ada sekitar dua ribuan sampah plastik yang terkumpul dari hasil donasi para teman dan relawan.
Sore itu, ketika Tribun Jogja mengunjungi Kedai Tarto kopi, ada beberapa pengunjung yang datang untuk menukarkan botol-botol plastik dengan kopi.
Tarto adalah sebuah kedai kopi kecil. Tempat berkumpulnya anak-anak seni dari komunitas Sakatoya.
Kedai kopi ini sangat sederhana, namun sarat akan makna persahabatan. Terletak di rumah Akanan, tepatnya di Gang Soka, Rt 03/RW 03 Jagalan, Kotagede, Banguntapan, Bantul.
Ditambahkan anggota komunitas Sakatoya, Grace Ayu Permono Putri, mengatakan, dirinya mengaku sangat senang dan mensupport sepenuhnya langkah yang dilakukan oleh teman-temannya.
Menurut dia, aksi tukar sampah plastik dengan secangkir kopi menjadi gerakan yang unik dan keren.
Apalagi kaitannya dengan kecintaan dirinya terhadap lingkungan, menurutnya, aksi ini bisa menjadi aksi yang penting dan menjadi preseden yang baik.
"Aksi ini penting banget. Mengingat jumlah plastik sangat tinggi karena kebiasaan kita yang cukup sering membeli air minum dalam kemasan," ungkapnya.
"Melalui aksi ini, setidaknya ada ruang baru buat pengguna plastik yang biasanya sampah plastik itu dibuang. Kini bisa dibawa kesini (Tarto kopi) dan ditukar dengan kopi. Itung-itung sekalian buang sampah disini," imbuh dia. (tribunjogja)