Bandara NYIA Kulonprogo

Debu Proyek Bandara NYIA Kulonprogo Terpa Pemukiman Warga

Warga Pedukuhan Nglawang, Desa Jangkaran, Kecamatan Temon mengeluhkan terpaan debu dari proyek pembangunan Bandara NYIA.

Penulis: Singgih Wahyu Nugraha | Editor: Gaya Lufityanti
TRIBUNJOGJA.COM / Singgih Wahyu
Warga Jangkaran berusaha menghentikan aktivitas alat berat proyek pembangunan bandara agar tidak menimbulkan debu yang mengganggu kesehatan warga. 

"Anak saya dua minggu batuk-batuk dan baru sembuh belum lama ini. Baru sekali ini batuk agak parah. Sekarang musim kemarau dan anginnya kencang jadi kondisi debu jadi tambah parah mengenai kami," kata warga lainnya, Musriniyati (34).

Warga sebetulnya sudah pernah menyampaikan permasalahan ini kepada pemrakarsa pembangunan bandara dari PT Angkasa Pura I dan rekanannya, PT Pembangunan Perumahan (PP) dua pekan lalu.

Bantuan berupa masker, obat tetes mata, dan pengecekan kesehatan setiap pekan sempat diberikan PP namun hanya berlangsung dua kali saja.

Warga tidak puas atas tindak lanjut tersebut lalu meminta kompensasi dan bantuan alat kesehatan maupun alat kebersihan.

Pada pertemuan lanjutan antara warga dan pihak proyek, muncul rencana pemberian kompensasi senilai Rp150.000 per Kepala Keluarga (KK) setiap bulan dari PP.

Namun, warga tak sepakat karena dinilai terlalu kecil dibanding efek yang dirasakan warga.

Mereka kemudian meminta kompensasi senilai Rp2 juta untuk kebutuhan pembersihan debu dan pemeliharaan kesehatan warga.

Dukuh Nglawang, Supandi, tak bisa menjelaskan lebih detail latar belakang munculnya nominal tersebut dan hanya menyebut bahwa hal itu jadi permintaan warga.

"Itu (kompensasi Rp150.000) tidak cukup untuk mengganti kerugian dari dampak yang kami terima. Debu masuk rumah dan menambah pekerjaan warga untuk membersihkannya. Juga banyak yang kena flu, batuk, dan iritasi," kata Supandi.

Pihak pelaksana proyek sebetulnya telah berupaya meminimalkan debu yang timbul dari pekerjaannya dengan menyiramkan air pada permukaan tanah berpasir.

Namun, menurut warga, hal itu hanya dilakukan pada bidang yang terlihat langsung oleh warga sedangkan bagian lahan lebih dalam tidak turut disiram sehingga kepulan debu tetap terjadi.

Selama permasalahan itu belum diatasi, warga menuntut agar pekerjaan di lapangan yang menimbulkan debu dihentikan dulu.

Pelaksana Lapangan PT PP, Syahroni mengatakan pihaknya belum bisa mengambil keputusan dan akan menampung aspirasiw arga itu untuk disampaikan kepada pimpinan lebih tinggi.

Ia menegaskan bahwa pihaknya sudah melakukan berbagai cara untuk mengurangi debu ketika proyek berlangsung.

"Kami tampung aspirasinya dan dikoordinasikan dengan manajemen kami," kata dia.(*)

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved