Gestapo NAZI Sampai Menjuluki Perempuan Ini Sebagai Spionase Paling Berbahaya !

Virginia Hall menjadi salah satu spionase paling diburu Gestapo NAZI lantaran sepak terjangnya dianggap membahayakan

Penulis: Mona Kriesdinar | Editor: Mona Kriesdinar
CIA
Virginia Hall 

TRIBUNJOGJA.COM - Namanya Virginia Hall Goillot, namun ia memiliki begitu banyak nama samaran. Antara lain dikenal dengan nama Marie Monin, Germaine, Diane, Marie of Lyon, Camille bahkan dikenal pula dengan nama Nicolas. Wajar saja, perempuan kelahiran 6 April 1906 ini punya pekerjaan yang sangat berisiko.

Virginia Hall merupakan seorang agen mata-mata Amerika Serikat selama kecamuk Perang Dunia 2. Kemudian ia juga bertugas di Badan Intelijen AS, CIA.

Lantaran sepak terjang dan posisinya itu, maka tak berlebihan jika Jerman menjulukinya Artemis, dan Gestapo NAZI sampai memasukannya ke dalam daftar "Spionase Paling Berbahaya".

(Baca: Kisah Tragis Mata Hari : Penari Striptis Spionase Jerman Berakhir di Depan Regu Tembak)

Sepak terjang Virginia Hall dimulai ketika ia mulai berkuliah di Columbia University. Keinginannya belajar mengantarkannya ke berbegai negara meliputi Perancis, Jerman dan Austria. Hingga ia bekerja sebagai petugas di Kedutaan Besar AS di Warsawa, Polandia pada tahun 1931.

Hall memiliki keinginan untuk bisa bergabung dengan Dinas Luar Negeri, tetapi perlahan keinginannya surut setelah dirinya mengalami insiden pada tahun 1932. Secara tidak sengaja ia menembak kakinya sendiri saat berburu di Turki.

Kakinya terpaksa diamputasi dari lutut ke bawah, dan diganti dengan kaki palsu.

(Baca: Kisah Eli Cohen, Mata-mata Legendaris Israel di Suriah yang Berakhir di Tiang Gantungan #1)

Cedera itu menutup peluang apa pun yang mungkin ia miliki dalam karier diplomatik, dan ia mengundurkan diri dari Departemen Luar Negeri pada tahun 1939. Setelah itu ia mengikuti sekolah pascasarjana di American University di Washington, DC.

Perang Dunia II

Saat perang dunia II meletus, Virginia Hall bergabung dengan petugas medis.

Hall juga pergi ke London dan menawarkan diri untuk Operasi Khusus Inggris (SOE) yang baru dibentuk, yang mengirimnya kembali ke Vichy pada bulan Agustus 1941.

Dia menghabiskan 15 bulan berikutnya di sana, membantu mengoordinasikan kegiatan-kegiatan dari aktivitas bawah tanah di Vichy dan zona pendudukan Prancis.

Ia diburu, namun sebaliknya ia dianggap juga sebagai salah satu mata-mata perempuan paling heroik Perang Dunia II, menyelamatkan hidup sekutu yang tak terhitung jumlahnya saat bekerja untuk Inggris dan Amerika Serikat.

(Baca: Kisah Kapal Perang NAZI yang Baru Bisa Ditaklukan Setelah Dikeroyok Ramai-ramai)

Lebih dari dua dekade setelah kematiannya pada usia 78, tindakan luar biasa Hall menjadi sorotan sekali lagi.

Para duta besar Prancis dan Inggris menghormatinya di sebuah upacara di Washington, DC yang dihadiri oleh keluarga Hall.
"Virginia Hall adalah pahlawan sejati dari Perlawanan Perancis," tulis Presiden Prancis Jacques Chirac dalam surat yang dibacakan oleh duta besar Prancis.

Duta Besar Inggris mempersembahkan keluarga Hall dengan sertifikat untuk mendampingi Order of the British Empire medal Hall yang diterima dari King George VI pada tahun 1943.

Diburu Gestapo

Lantaran aktivitasnya yang sangat berbahaya, polisi rahasia Nazi Gestapo memburunya dengan menyebar poster di seluruh Vichy Perancis.

Poster-poster dengan sketsa seorang wanita dengan ciri khas bermata tajam dengan rambut sebahu dan mata lebar, sesuai dengan rincian yang diberikan oleh intelijen.

(Baca: Teriakan Menggetarkan Seorang Remaja Pemberani Menjelang Mautnya di Tiang Gantungan Nazi)

Mereka bertekad untuk menghentikannya, seorang wanita pincang yang tidak dikenal tapi sudah berhasil membentuk jaringan perlawanan bawah tanah. Perintah Gestapo jelas dan tanpa ampun: “Dia yang paling berbahaya dari semua mata-mata Sekutu. Kita harus menemukan dan menghancurkannya”.

Meskipun upaya mereka tanpa henti, Gestapo tidak pernah menangkap Hall, yang kemudian bekerja untuk pasukan paramiliter rahasia Inggris Anggota Eksekutif Operasi Khusus (SOE).

SOE telah merekrutnya setelah dia memiliki kesempatan bertemu dengan seorang anggota SOE di kereta api keluar dari Perancis segera setelah negara itu jatuh ke Nazi pada tahun 1940.

Setelah bergabung, ia menjadi spionase wanita pertama SOE yang dikirim ke Prancis. Selama dua tahun, dia bekerja di Lyon sebagai mata-mata, awalnya dengan kedok seorang wartawan untuk New York Post, kemudian, setelah Amerika Serikat memasuki perang, dia dipaksa pergi menyamarkan diri. Dia tahu bahwa jika ditangkap maka ia akan disiksa dan dibunuh.

(Baca: Pembantaian yang Terlupakan! 10 Bukti Foto Mengerikan Genosida Nazi Terhadap Etnis Polandia)

Hall melarikan diri Prancis hanya setelah Sekutu mendarat di Afrika Utara dan Nazi mulai menguasai negara itu.

Untuk melarikan diri, ia harus menyeberangi pegunungan Pyrenees dengan berjalan kaki ke Spanyol, tugas yang sulit bagi seorang wanita yang telah kehilangan kaki kirinya.

Setelah perjalanan yang melelahkan, Hall tiba di Spanyol tanpa surat izin masuk. Pejabat segera menjebloskannya ke Penjara Figueres, di mana dia tinggal selama enam minggu.

Dia dibebaskan hanya setelah seorang narapidana yang dibebaskan menyelundupkan surat yang ditulis oleh Hall kepada konsul Amerika di Barcelona, ​​mengingatkan mereka akan situasinya.

(Baca: Kisah U-Boat 168, Bangkai Kapal Selam Nazi yang Ditemukan Bersama Tengkorak di Laut Jawa)

Dia menghabiskan empat bulan berikutnya di Madrid bekerja sebagai koresponden untuk Times Chicago sebelum meminta markas SOE untuk transfer.

Adapun pada tahun 1950, Hall dikabarkan menikahi mantan agen OSS Paul Goillot. Pada tahun 1951, ia bergabung dengan Central Intelligence Agency yang bekerja sebagai analis intelijen dalam urusan parlemen Perancis. Dia bekerja bersama suaminya sebagai bagian dari Divisi Kegiatan Khusus .

Hall pensiun pada tahun 1966 ke sebuah peternakan di Barnesville, Maryland.

Dan meninggal di Rumah Sakit Advent Shady Grove di Rockville, Maryland pada 8 Juli 1982, usia 76 tahun. Ia dimakamkan di Pemakaman Druid Ridge, Pikesville , Baltimore County , Maryland. (*)

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved