Inilah Kisah Dramatis dalam Catatan yang Menguak Rahasia Jatuhnya Sang Sultan
Sebagian cerita Babad Panular yang dramatis disampaikan Peter Carey saat trip sejarah di Alun-alun Selatan
Penulis: Setya Krisna Sumargo | Editor: Mona Kriesdinar
Di Srimenganti, kabar tertangkapnya Putra Mahkota itu disambut kesedihan Sultan, yang didampingi putra bungsunya, Mangkudiningrat dan prajurit perempuan. Ia juga menerima laporan betapa kocar-kacir pasukannya di semua front.
Alun-alun Selatan dikuasai prajurit Inggris, dan berusaha mendesak masuk pusat keraton dari selatan. Tumenggung Sumodiningrat yang gigih ketika itu telah ditewaskan Prangwodono dan pasukan Inggris pimpinan Letnan Dewer.
Kini Sultan tidak punya kans lagi melawan. Apalagi datang sepucuk surat dari Notokusumo soal situasi di Vredeburg dan kalkulasinya. Ia lantas menyuruh punggawanya mengibarkan bendera putih, dan meminta prajuritnya yang tersisa meletakkan senjata.
Residen Crawfurd memacu kuda dari Vredeburg menuju keraton melewati Alun-alun Utara guna mengamankan jalannya penangkapan Sultan. Pasukan Sepoy dan Inggris menyambut dan menyertainya masuk Srimenganti. Sultan dan sisa pengikut menunggu kedatangan para "tamu".
Sultan ditangkap di bawah pengawasan Crafwurd. Ketika Sultan ingin mengambil pusaka pribadinya di Proboyekso, lengannya dicekal Letnan Henry N Douglas. Sultan terkejut, kemudian Crafwurd meminta cengkeraman perwiranya itu dilepaskan.
Tak lama kemudian Sultan digiring berjalan kaki menuju Vredeburg dikawal perwira dan rajurit Inggris yang pedangnya terhunus. Di belakangnya para mantri dan pangeran menyusul berbaris mengikuti hingga benteng. Raffles sudah menunggu kedatangan sang raja.
Sesudah kepergian Sultan, kedaton ditutup dan dijaga pasukan penyerbu. Tak boleh ada yang masuk dan keluar, sementara penjarahan berlangsung di berbagai tempat dengan brutalnya. Barang jarahan dibawa ke Wisma Residen menggunakan pedati maupun dipikul.
Panular secara seksama menyaksikan dan mencatat segala pernik yang melingkupi transisi kekuasaan yang dramatis itu. Termasuk bagaimana sikap dan suasana ketika Notokusumo (PA I) bertemu Putra Mahkota di ruang yang sama, dan lama tak bertegur sapa.
Begitu juga sikap perilaku Prangwedono (Mangkunegoro II), yang memimpin legiunnya turut menggempur pasukan Keraton Yogya. Raffles kemudian menahtakan Putra Mahkota, bergelar Sri Sultan HB III. Sultan Sepuh yang dicopot diasingkan jauh ke Penang.
Kronik Panular ini begitu rinci mencatat apa saja peristiwa yang mengiringi jatuhnya Sultan HB II dan kehancuran keratonnya yang digempur pasukan Raffles. Termasuk amuk di kawasan Pecinan, sebelah utara Vredeburg yang membuat Tan Jing Sing luka parah pada 22 Juni 1812.(xna)