Inilah Kisah Dramatis dalam Catatan yang Menguak Rahasia Jatuhnya Sang Sultan

Sebagian cerita Babad Panular yang dramatis disampaikan Peter Carey saat trip sejarah di Alun-alun Selatan

Penulis: Setya Krisna Sumargo | Editor: Mona Kriesdinar
Repro
Catatan Arya Panular yg sangat bersejarah koleksi British Library, London 

Nah, dari kronik Arya Panular itu, manakah yang dramatis?

Ada cukup banyak momen dramatis yang dicatatnya. Sebagai orang lingkaran dalam RM Surojo atau Sultan HB III (setelah dinobatkan Raffles), kesaksiannya mendekati sempurna karena ia pelaku sejarah, saksi mata, sekaligus yang meriwayatkannya.

Namun momen paling dramatis tentulah ketika Putra Mahkota yang kediamannya (Kadipaten) dihancurleburkan pasukan Inggris, ditolak masuk ke Bangsal Srimenganti, tempat ayahandanya, Sultan HB II bertahan di wilayah terdalam keraton.

Penolakan itu membuktikan betapa dalamnya pertikaian ayah dan anak itu di tahun-tahun kritis menjelang masuknya Inggris ke Jawa.

Dalam kroniknya, Panular menulis, Putra Mahkota sampai di gerbang Srimenganti, namun dicegat Joyokusumo, kepala pasukan jaga.

Joyokusumo menyebut atas perintah Sultan, Putra Mahkota boleh masuk hanya bersama dua pengikutnya tanpa senjata.

Mendengar kata-kata itu, Putra Mahkota naik pitam, ia menyuruh anaknya, Raden Ontowiryo (Diponegoro), mencabut keris.

Joyokusumo balik mencabut belati, siap meladeni tantangan. Akhirnya Putra Mahkota mereda amarahnya, memahami apa maksud ayahanda yang tega membiarkan dirinya tersia-sia, dan mengajak pengikutnya lari ke Tamansari melewati Suronatan.

Bombardemen dan serbuan pasukan Inggris kala itu telah melewati Alun-alun, Pangurakan, Gladhagan, Kauman, dan Pagelaran. Takkan lama lagi, gempuran balatentara Kolonel Gillespie akan menjangkau kawasan inti keraton, tempat Sultan HB II berlindung.

Arya Panular tergopoh-gopoh menyusul belakangan bersama sejumlah kecil prajuritnya. Tembakan dan gelegar meriam berdentum-dentum di kejauhan. Banyak pangeran, pemimpin pasukan yang kala itu sudah lari menyelamatkan diri.

Tiba di gerbang Srimenganti, mereka mendapati pintu tetap terkunci. Panular berlari dan bergabung bersama Putra Mahkota di Tamansari. Namun mereka tak bisa masuk karena pintu gerbang Tamansari digerendel.

Putra Mahkota memerintahkan gerbang didobrak. Kemudian Putra Mahkota berupaya kembali ke kawasan keraton lewat Ngasem. Ia didampingi Panular dan sejumlah prajuritnya. Tujuannya hendak mengambil harta bendanya.

Namun di perjalanan, tertulis di Ngasem, rombongan kecil itu bertemu pasukan Sepoy yang dipimpin Mayor Dennis Dalton. Baku tembak terhenti atas perintah Dalton yang meminta Panular menurunkan tombaknya.

Gillespie dan Sekretaris Resdien John Deans turun dari menara benteng menemui Putra Mahkota. Datang menyusul Kapiten Cina Tan Jing Sing (Seconingrat) bersama punggawa Pakualam, Jayengtaruno.

Putra Mahkota akhirnya menyerah di bawah todongan senjata dan dibawa ke benteng Vredeburg dalam kawalan Gillespie dan Tan Jing Sing bersama Joyotaruno dari Pakualaman.

Halaman
123
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved