Idul Fitri 1439 H
Sambut Idul Fitri, 7 Tradisi Ini Dilakukan Masyarakat Indonesia
Menyambut perayaan keagamaan Idul Fitri, beragam tradisi dijalani masing-masing daerah di Indonesia.
Perang Topat sendiri diadakan dalam rangka mengucap syukur atas berakhirnya puasa sunah umat muslim di Lombok.
Tradisi yang diikuti umat Islam dan Hindu di Lombok ini dilakukan 6 hari setelah hari raya Idul Fitri.
Sebelum Perang Topat, warga berziarah terlebih dahulu ke makam para ulama.
Baca: 5 Amalan Yang Dapat Dilaksanakan Di Hari Raya Idul Fitri Sesuai Tuntunan Rasulullah
Biasanya, mereka berziarah ke Makam Loang Baloq di kawasan Pantai Tanjung Karang dan Makam Bintaro di kawasan Pantai Bintaro.
Usai berziarah, prosesi Perang Topat dimulai dengan membawa sesajen berupa hasil bumi yang dilakukan oleh suku Sasak dan tokoh umat Hindu di Lombok.
Kemudian, Perang Topat pun dimulai ketika waktu telah menunjukkan pukul 17.30, tepat di mana matahari mulai terbenam.
Nggak hanya mencerminkan toleransi beragama yang kuat, tradisi Perang Topat sendiri juga mampu mengajak manusia untuk kembali merefleksikan jati dirinya.
3. Tradisi Meriam Karbit di Pontianak

Masyarakat yang mendiami tepian Sungai Kapuas menyambut malam takbiran dengan cara yang nggak biasa.
Mereka mengungkapkan syukur dengan membunyikan Meriam Karbit yang berukuran 6 meter.
Seiring berjalannya waktu, tradisi tersebut telah menjadi ajang perlombaan.
Baca: Idul Fitri 2018, Inilah Niat dan Tata Cara Lengkap Salat Idul Fitri Berjamaah atau Sendirian
Setiap kelompok warga yang punya meriam saling membunyikan meriam yang bisa terdengar hingga radius lebih dari 3 KM, untuk selanjutnya dinilai oleh juri.
Sejarah Tradisi Meriam Karbit juga nggak kalah menarik.
Berdasarkan kisah Kesultanan Kadriah Pontianak (1771-1808), raja pertama Pontianak, Syarif Abdurrahman Alkadrie sempat diganggu oleh hantu ketika membuka lahan tempat tinggal.
Gangguan hantu tersebut akhirnya diatasi dengan bunyi Meriam Karbit menjelang adzan maghrib.