Singgah di Masjid Bersejarah
Video Masjid Soko Tunggal, Ada Kisah Umpak Petilasan Sultan Agung
Video Masjid Soko Tunggal, Ada Kisah Umpak Petilasan Sultan Agung yang Diangkut dari Plered.
Penulis: Azka Ramadhan | Editor: Hari Susmayanti
Terdapat serambi di bagian depan, yang terpisah oleh dinding, dengan ruang utama.
Bukan arsitektur sembarangan tentunya, karena perancangnya merupakan arsitek kenamaan milik Keraton Ngayogyakarta, Ngabehi Mintobudoyo.
Yang menarik, di dalam ruang utama, hanya terdapat satu saja saka guru, yang dikelilingi oleh empat uat saka bentung.
"Ini melambangkan Pancasila. Saka guru merupakan lambang sila yang pertama, tentang prinsip ketuhanan. Lalu untuk usuk sorot (memusat seperti jari-jari payung), merupakan lambang kewibawaan negara yang melindungi rakyatnya," jelas Sugeng.
Sedangkan kayu jati yang berdiri kokoh digunakan sebagai saka guru, diyakini sudah berumur 150 tahun, dengan diameter 50x50 sentimeter.
Sedangkan umpak (batu penyangga tiang) berasal dari petilasan Sultan Agung Hanyokrokusumo, di Pleret, Bantul.
"Ada kisah menarik, dulu waktu umpak itu mau diangkut dari Pleret dengan mobil, tidak bisa. Mobilnya tidak bisa jalan. Akhirnya diangkut pakai gerobag sapi. Padahal, logikanya, jelas lebih kuat tenaga mesin, dibanding dua ekor sapi," tuturnya.
Jika mengamati secara detail, di Masjid Keraton Soko Tunggal terdapat beragam ukiran sarat makna, yang menambah keindahan dan kewibawaaan.
Sebut saja ukiran praba, berarti Bumi, tanah, kewibawaan. Ukiran saton berarti menyendiri, sawiji.
Lalu ukiran sorot, berarti sinar cahaya matahari. Ukiran ceplok-ceplok berarti pemberantas angkara murka.
Ukiran mirong berarti maejan atau nisan, sebagai peringatan bahwa pada saatnya nanti, semua makhluk hidup pasti dipanggil oleh Allah SWT.
Selanjutnya, ukiran tlacapan berarti panggah, yaitu tabah dan tangguh. Kemudian, ukiran tetesan embun di antara daun dan bunga yang terdapat di balok uleng, memiliki makna kurang lebih siapa yang menunaikan salat di masjid ini, semoga mendapat anugerah.
"Saya ingat betul, ukiran itu dikerjakan oleh empat, atau lima orang. Pekerjanya sangat teliti," cetusnya.
Seiring berjalannya waktu, Masjid Keraton Soko Tunggal tentu tak luput dari renovasi.
Teranyar, di sisi timur masjid, dibangun sebuah rest area, karena dewasa ini semakin banyak wisatawan yang mampir, baik untuk beribadah salat, maupun sekadar melepas lelah.
"Jadi, silakan kalau mau istirahat, monggo di rest area. Tapi, bangunan baru itu juga kami manfaatkan untuk pengajian anak-anak, lalu takjilan (buka bersama) juga. Dibangunnya baru tahun ini," jelas Sugeng. (azka ramadhan)