Singgah di Masjid Bersejarah
Video Masjid Taqwa, Konon Dibangun di Atas Tanah Perdikan
Masjid ini konon didirikan tahun 1755 oleh KH Muhammad Fakih alias Kyai Welit dibangun di atas tanah perdikan hadiah Sultan Hamengkubuwo I
Penulis: Susilo Wahid Nugroho | Editor: Ari Nugroho
TRIBUNJOGJA.COM, BANTUL - Keberadaan Masjid Taqwa di Wonokromo, Pleret, Bantul tak bisa dilepaskan dari Keraton Yogyakarta.
Masjid ini konon didirikan tahun 1755 oleh KH Muhammad Fakih alias Kyai Welit dibangun di atas tanah perdikan hadiah Sultan Hamengkubuwo (HB) I.
Kabar yang banyak tersebar, sejak HB I inilah masjid ini berdiri.
Padahal lokasinya cukup jauh dari keraton, yaitu berada di sisi selatan DIY.
Jalan tercepat dari Kota Yogyakarta, adalah melewati Terminal Giwangan ke selatan melewati Jl Imogiri Timur.
Setelah simpang empat Jejeran, sekitar 300 meter ada pelang yang menunjukkan arah menuju Masjid Taqwa, ke arah kiri.
Baca: Video Masjid Banyusumurup, Soko Guru Asli dari Masa 3,5 Abad Lalu
Namun tak ada yang tahu sejak kapan sejatinya masjid ini berdiri.
Karena beberapa orang mengatakan masjid ini berdiri sejak zaman Sultan Agung.
“Ada yang bilang sejak HB I, tapi ada juga yang bilang sejak Sultan Agung, yang jelas masjid ini identik dengan Keraton Yogyakarta,” Kata Sudarman Masduki selaku Ketua Takmir Masjid Taqwa.
Ini terlihat dari desain dan corak masjid yang kental dengan sentuhan Keraton Yogyakarta.
Seperti cat warna hijau khas keraton yang menyelimuti hampir semua bangunan masjid.
Dimulai dari dinding bagian serambi, dinding dalam masjid, tiang penyangga masjid sampai ornamen berhiaskan kaligrafi di bagian sudut langit-langit masjid.
Sentuhan keraton juga terlihat dari detail ukiran di tiang penyangga masjid.
Sudarman pun tak menyanggah bahwa sejak bangunan masjid Masjid Taqwa berdiri, desain dasarnya memang mengikut desain khas keraton.
Juga sampai kini, para pengurus masjid termasuk Sudarman kerap diundang pihak keraton ketika sedang mempunya hajatan.
Baca: Video Masjid Pakualaman Girigondo, Batu Hitam Direkatkan Adonan Semen dan Tanah
Informasi yang berhasil dihimpun, Masjid Taqwa ini sudah melalui beberapa kali renovasi.
Kali pertama dilakukan tahun 1913 ketika rangka yang terbuat dari bambu diganti dengan kayu.
Dinding masjid ditembok dan lantai diplester.
“Sejak saat itu masjid masih mengalami beberapa kali renovasi sampai seperti bentuk sekarang,” kata Sudarman.
Dan bentuk fisik masjid yang kini berdiri adalah hasil dari renovasi yang dilakukan beberapa kali.
Perubahan dominan dilakukan pada bagian tiang penyangga yang kini terbuat dari cor sehingga lebih kuat.
Namun, meski dilakukan beberapa kali renovasi, corak dasar Masjid Taqwa masih sangat kental dengan keraton Yogyakarta.
“Karena tiap dilakukan renovasi juga harus dari persetujuan keraton. Kami warga Wonokromo sangat bangga dengan keberadaan masjid ini yang kental dengan sejarah keraton. Masjid ini masih aktif dipakai untuk ibadah. Selain itu secara rutin kami juga melakukan diskusi dan kajian ilmu agama dengan mendatangkan ahli di bidangnya,” kata Sudarman.
Netral
Kini secara kontinyu, Masjid Taqwa Wonokromo rutin mengadakan kegiatan keagamaan.
Saat diskusi ilmu agama, beberapa tokoh penting dilibatkan.
Namun Sudarman menjamin, tak ada kegiatan berbaur Islam radikal di masjid ini.
Pasalnya, pihak takmir sangat selektif memilah kegiatan dan selalu bersikap netral terhadap aliran-aliran agama.
Baca: Dandim 0729 Bantul Tak Temukan Persebaran Ajaran Berbau Radikal
Kini, di usianya yang sudah tak muda lagi, Masjid Taqwa Wonokromo terus mendapat perhatian dari takmir maupun warga sekitar.
Infaq yang disiapkan selalu terisi oleh kepedulian masyarakat maupun pengunjung yang datang baik dari lokal maupun luar daerah.
Dari infaq inilah biaya perawatan dan kegiatan masjid terpenuhi.
Dan meski lingkungan mulai padat penduduk dan suara bedug tak lagi terdengar jelas karena mulai banyak perumahan, masjid Taqwa ini tetap ramai ketika waktu salat tiba.
Termasuk ketika salat tarawih di bulan Ramadan.
Dan konon, sampai kini suara bedug yang ditabuh tiap hari kamis berbeda dengan hari lain sebagai penanda bahwa esok hari Jumat.
Mewakili warga sekitar, Sudarman punya impian tiang Masjid Taqwa Wonokromo ini dibalut dengan kayu dengan ukiran jawa supaya nuansa keraton semakin terasa.
“Sudah kita ajukan melalui danais (dana keistimewaan) tapi memang belum ada respons. Juga usulan kami mendirikan sebuah pendopo di bagian depan masjid karena memang perlu dana besar,” katanya. (TRIBUNJOGJA.COM/Susilo Wahid)