DIY

Kenaikan Harga Daging Ayam Jadi Perhatian Khusus TPID DIY

Permintaan daging ayam yang cenderung rendah pada awal Ramadan, terus mengalami peningkatan jelang lebaran.

Penulis: Azka Ramadhan | Editor: Gaya Lufityanti
TRIBUNJOGJA.COM / Azka Ramadhan
Suasana jumpa pers oleh TPID DIY, terkait kondisi harga kebutuhan pokok jelang lebaran, di Komplek Kepatihan, Yogyakarta, Kamis (7/6/2018). 

TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Permintaan daging ayam yang cenderung rendah pada awal Ramadan, terus mengalami peningkatan jelang lebaran.

Praktis, kenaikan harga daging ayam menjadi perhatian khusus bagi Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) DIY.

Wakil Ketua TPID DIY, Budi Hanoto, mengatakan bahwa daging ayam memang mengalami kenaikan harga, karena permintaannya meningkat.

Sejauh ini, berdasar hasil pantauan yang dilakukan pihaknya, harga daging ayam menyentuh Rp 35.500 per kilogram.

Kenaikan harga daging ayam di wilayah DIY sendiri sejatinya sudah mulai terjadi sejak memasuki bulan April silam.

Saat itu, harga daging ayam mencapai Rp 32.500.

Selanjutnya, ketika memasuki bulan puasa, banderol meningkat menjadi Rp 33.500.

"Tapi, dibandingkan daerah lainnya di Pula Jawa, peningkatan harga daging ayam di DIY cenderung rendah," katanya, saat dijumpai di Komplek Kepatihan, Yogyakarta, Kamis (7/6/2018).

Walau begitu, Budi memastikan, stok daging ayam di DIY untuk Ramadan hingga masa lebaran mendatang, masih dalam kategori aman aman.

Saat ini, lanjutnya, stok daging ayam yang tersedia adalah 5,25 juta ekor, atau sekitar 150 ribu ekor per hari. 

"Sementara konsumsinya antara 125 ribu, sampai 140 ribu ekor per hari. Jadi, meski ada peningkatan permintaan, lalu harga pokoknya naik, stok masih aman," cetus pria yang juga menjabat sebagai Kepala Perwakilan Bank Indonesia (BI) DIY itu.

Kepala Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan (BKPP) DIY, Arofah Noor Indriani, menyampaikan bahwa meningkatnya permintaan daging ayam sudah terjadi sejak memasuki bulan Ramadan.

Hal itu, akan bertahan hingga beberapa hari setelah lebaran.

"Kita semua tahu, setelah Idul Fitri itu hajatan-hajatan mulai lagi, yang tentu saja memicu kebutuhan tinggi daging ayam, khususnya di wilayah DIY," ucapnya.

 Walau begitu, Arofah menjelaskan, kalau kenaikan harga daging ayam memang tidak semata-mata dipengaruhi oleh meningkatnya permintaan dari konsumen.

Menurutnya, masih banyak faktor-faktor lain yang turut mempengaruhi siklus tersebut.

"Misalnya karena faktor pelarangan vaksin, kemudian pakan ternak, hingga distribusi. Jadi, kenaikan harga bukan karena satu komponen saja. Tapi, yang dominan memang karena faktor permintaan," jelasnya.

Lebih lanjut, Arofah merasa saat ini DIY belum perlu mendatangkan stok daging ayam dari luar daerah.

Pasalnya, berdasar data kumulatif yang dikumpulkan pihaknya, kebutuhan 5.800 ton daging ayam sampai dengan akhir Juni nanti, masih memenuhi.

"Ketersediaan stok masih ada 6.030 ton untuk daging ayam, sedangkan kebutuhan kita sekitar 5.800 ton. Jadi, masih ada sisa kurang lebih 230 ton, sampai dengan akhir Juni mendatang," ungkapnya.

"Apalagi, di DIY ada perusahaan besar, di RPA Saliman itu per harinya memotong 50 ribu ekor. Kita sudah ada komitmen, supaya distribusinya ke DIY dulu, biar tidak kekurangan," pungkas Arofah. (*)

Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved