Kisah Polytron, Penguasa Elektronik Asli Indonesia dari Desa Krapyak, Kudus
Polytron merupakan salah satu merek produk elektronik asli Indonesia yang bisa bersaing dengan merek global.
Tidak semua ide pun dapat menghasilkan satu produk baru karena harus disesuaikan dengan kondisi dan keinginan pasar.
Di perusahaan tersebut, semua karyawan memiliki hak untuk memberikan ide dan suara mereka untuk mengembangkan produk dari perusahaan yag 100 persen sahamnya dimiliki oleh Grup Djarum ini.
"Itu (masukan untuk inovasi) kan banyak yang masuk, kita nanti diskusinya dengan marketing. Ketika kita meminta persetujuan marketing itu diharapkan mereka merepresentasi dari pasar, sehingga marketing nanti memilih kira-kira inovasi atau invensi apa yang sesuai, Apa yang sudah dipilih kita mulai kerjakan research dan development-nya untuk diaplikasikan ke produk," jelas Adi.
Adi menjelaskan, hanya 10 persen dari keseluruhan ide atau masukan untuk inovasi dan invensi yang dapat direalisasikan menjadi sebuah produk.
Dalam satu tahun, Polytron sendiri dapat mengeluarkan 10 produk inovasi terbaru secara keseluruhan, sementara untuk produk TV, Polytron wajib untuk mengeluarkan 2 produk inovasi terbaru setiap tahun.
"Tapi yang kita kerjakan, tingkat keberhasilannya cukup tinggi, begitu dimarketkan kalau sudah diproses dan dipilih itu keberhasilannya di atas 70 persen," sebut Adi.
Hingga saat ini, R&D telah mematenkan 64 produk inovasi mereka melalui hak paten di dalam negeri dan Amerika Serikat.
Salah satu inovasi produk yang berhasil mendapatkan hak paten dari AS adalah penggunaan kulit sapi dan kambing sebagai membran speaker yang terinspirasi dari bedug masjid.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Polytron, Penguasa Elektronik Indonesia dari Desa Krapyak"