Kriminal

Anak Pelaku Klitih di Bantul Hanya Dimanfaatkan Orang Dewasa

Kaitannya dengan kasus klitih, orang dewasa sekitar pelaku klitih sebenarnya juga harus ikut bertanggung jawab.

Penulis: Susilo Wahid Nugroho | Editor: Ari Nugroho
Tribun Jogja/ Suluh Pamungkas
Ilustrasi 

TRIBUNJOGJA.COM, BANTUL - Maraknya kasus klitih sempat meresahkan banyak pihak, terutama kalangan orang tua karena pelakunya justru kebanyakan dari kalangan pelajar.

Meski kini klitih jarang terdengar, masyarakat diminta untuk tetap waspada dan bersama-sama mencegah aksi klitih ini agar tak terulang lagi.

Kasubdit Data dan Informasi Gender dan Anak Badan Pemberdayaan Perempuan dan Masyarakat (BPPM) DIY, Y Santi Rustriani mengatakan, pihaknya sempat berbincang dengan jajaran Polres Bantul terkait upaya penanganan kasus klitih ini.

Hasilnya, ada komitmen pihak Polres mencegah klitih.

“Yang saya ketahui petugas Polres Bantul melakukan sweeping ke lokasi yang dicurigai menjadi tempat anak-anak muda berkumpul,” kata Santi usai menjadi narasumber acara Sosialisasi Perda No. 2 Tahun 2018 Tentang Penyelenggaraan Pelindungan Anak di Kusuma Homestay, Sewon, Bantul, Sabtu (2/6/2018).

Baca: Pelajar SMP N 5 Yogyakarta Teliti Perilaku Klitih di Yogya

Namun lebih dari itu, Santi melihat bahwa peran orang terdekat anak-anak dan juga kaum pelajarlah lah seharusnya punya tanggung jawab besar dalam upaya mencegah klitih.

Pertama orang tua si anak. Lalu lingkungan sekitar anak, yang berarti lingkungan di masyarakat sekitar.

Santi menyoroti peran masyarakat, mengerucut pada orang dewasa yang seharusnya lebih jeli dalam melihat fenomena klitih ini.

Karena fakta di lapangan, tak sedikit orang dewasa (di atas 18 tahun) yang justru memanfaatkan anak-anak usia sekolah untuk melakukan tindakan yang meresahkan termasuk klitih.

“Kebanyakan anak-anak (pelaku klitih) ini hanya dimanfaatkan orang dewasa untuk tujuan yang mereka inginkan. Diversi pada anak berupa rehabilitasi tanpa dilakukan sanksi pidana ini justru seringkali dimanfaatkan orang (dewasa) yang tidak bertanggung jawab, anak justru jadi korban,” kata Santi.

Baca: Wabup Sleman: KDRT Bisa Menjadi Pemicu Kasus Klitih

Oleh sebab itu, perlu peran aktif orang tua memonitor perilaku si anak untuk mengetahui apakah sedang dimanfaatkan oleh orang dewasa ini.

Pergaulan si anak, harus dimonitor baik di rumah maupun di sekolah.

Santi sendiri selalu menyuarakan kepada orang tua untuk membuat grup WA antar orang tua.

“Buat grup WA sesama orang tua siswa di sekolah. Meski terkesan sepele tapi ini penting. Karena orang tua siswa bisa saling melakukan koordinasi satu sama lain untuk mengawasi si anak. Anak pergi kemana, sedang keluar dan bermain dengan siapa bisa lebih mudah termonitor,” kata Santi.

Baca: Komisi A DPRD DIY: Fenomena Klitih Terjadi Karena Tidak Ditegakkannya Perda No 2 Tahun 2017

Hartanto, Kaprodi Ilmu Hukum dan Wakil Dekan I Universitas Widya Mataram mengamini, faktor eksternal atau lingkungan di sekitar anak memang berpengaruh terhadap perilaku anak.

Halaman
12
Sumber: Tribun Jogja
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved