Ramadan 1439 H
Shalawat Rodad, Tradisi Langka Warga Desa Banjarharjo II Bantul Menunggu Waktu Berbuka Puasa
Rodad ini merupakan shalawat langka, dengan menyuguhkan gerakan refleksi terapi kesehatan.
Penulis: Ahmad Syarifudin | Editor: Muhammad Fatoni
Suatu ketika, kelima nenek moyang sekaligus, tokoh agama pendiri Rodad mencari ladang baru ke wilayah barat.
"Ketika berhenti di gumukan Banjarharjo. Pukul 11 malam, nenek moyang kita, kelima tokoh agama itu mendengar sayup-sayup suara dari selatan, wilayah Pajimatan, Giriloyo," katanya.
Penasaran pada suara yang didengar. Kelima tokoh agama itu, beberapa hari kemudian, tepatnya malam jumat pon, mencoba menyusuri sumber suara yang ternyata ada di Giriloyo.
"Di Giriloyo ini, selama 21 hari, kelima tokoh agama Banjarharjo II belajar seni shalawat rodad," ungkapnya.
Setelah dirasa cukup dan menguasai seni shalawat rodad, kelima tokoh agama tersebut kemudian pulang ke desa Banjarharjo II.
Mereka mengumpulkan santri-santri yang ada di musala, untuk sama-sama belajar seni shalawat rodad.
"Awal mula da 25 santri yang ikut latihan Shalawat rodad. Selama satu tahun, mereka baru bisa. Latihan dilakukan rutin setiap malam, kalau bulan Ramadan setelah salat tarawih dan siang atau menjelang berbuka. Supaya melatih santri jangan sampai malas," terangnya.
"Setiap hari latihan shalawat Rodad ini rutin dilakukan. Ternyata bukan membuat santri lemas, tapi justru shalawat rodad ini berkhasiat menambah kebugaran tubuh," ungkap dia. (*)
