Aktivitas Merapi
Merapi "Tertidur" Sementara, Namun Status Masih Waspada
Pantauan CCTV BPPTKG Yogyakarta hingga pukul 15.00 WIB, cuaca di puncak Gunung Merapi nampak cerah bila dilihat beberapa Pos pemantauan di lereng.
Penulis: Yudha Kristiawan | Editor: Gaya Lufityanti
Laporan Reporter Tribun Jogja, Yudha Kristiawan
TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Aktivitas Gunung Merapi terus mendapatkan pantauan selama 24 jam.
Aktivitas paling mencolok yang tercatat BPPTKG Yogyakarta yakni erupsi yang terjadi pada hari Kamis (24/5/2018) kemarin.
Erupsi yang terjadi pada pukul 10.48 WIB terlihat di CCTV BPPTKG yang terpasang di Pos Pengamatan Stasiun Merbabu.
Bila dihitung sejak erupsi tersebut, sudah lebih dari 2 X 24 jam Gunung Merapi tak lagi menunjukkan adanya aktivitas mencolok.
Hingga berita ini diturunkan, informasi sementara yang bisa dikumpulkan Tribunjogja.com, kondisi Gunung Merapi masih WASPADA (level II).
Dijelaskan Kepala BPPTKG Yogyakarta Hanik Humaida sebelumnya, bahwa semua aktivitas Gunung Merapi akan terus disampaikan kepada masyarakat.
Hanik meminta masyarakat tetap tenang namun juga waspada dan selalu memperbaharui informasi teranyar tentang kondisi Gunung Merapi melalui kanal resmi milik BPPTKG Yogyakarta.
"Untuk radius 3 Kilometer dari puncak tidak diperkenankan ada aktivitas penduduk karena ada ancaman lontaran pasir, kerikil atau batu apabila terjadi letusan. Semua masyarakat diharapkan tetap tenang," ujar Hanik.
Berdasarkan hasil pantauan CCTV BPPTKG Yogyakarta hingga pukul 15.00 WIB hari ini, cuaca di puncak Gunung Merapi nampak cerah bila dilihat beberapa Pos pemantauan di lereng.
Hanya saja CCTV yang ditempatkan di puncak sering tertutup kabut.
Sementara itu, data terbaru yang didapat dari letusan pada tanggal 21 Mei 2018 kemarin menyebutkan, hasil analisis laboratorium terhadap contoh letusan yang diambil di sekitar Telogo Putri Kaliurang menunjukkan, letusan membawa material baru dari dalam perut gunung.
Material ini sementara menurut BPPTKG Yogyakarta bisa sebagai parameter yang mengidentifikasikan bahwa kemungkinan bakal terjadi erupsi efusif, yakni Gunung Merapi mengeluarkan magma dengan cara lelehan.
Meskipun memiliki potensi terjadi erupsi efusif, Hanik menegaskan, bahwa erupsi jangan dibayangkan seperti erupsi yang terjadi pada tahun 2010 silam.
Erupsi ini tidak seberbahaya letusan yang disertai hembusan wedus gembel saat itu.
Diberitakan sebelumnya, erupsi berdurasi selama 2 menit dengan tinggi kolom mencapai 1500 meter dengan arah letusan masih ke barat terjadi pada hari Kamis (24/5/18) pada pukul 10.48 WIB.
Amplitudo erupsi tercacat mencapai 44 mm.
Letusan kali ini menurut informasi yang diterima BPPTKG Yogyakarta terdengar gemuruh dari Pos Babadan. (*)