Tanya Awardee LPDP: Khaidir Syahrul Bagikan Tips Lolos Seleksi Beasiswa Afirmasi Dalam Negeri

Khaidir membagi tips bagaimana agar para pendaftar bisa lolos seleksi dan persiapan bagi para calon pendaftar LPDP.

Penulis: Fatimah Artayu Fitrazana | Editor: Muhammad Fatoni
ist.
Tips lolos seleksi beasiswa LPDP dalam negeri dari Khaidir Syahrul. 

TRIBUNJOGJA.COM - Khaidir Syahrul adalah pemuda asal Kabupaten Jeneponto, Sulawesi Selatan, yang mendapatkan beasiswa LPDP kategori afirmasi untuk universitas dalam negeri.

Dia adalah awardee atau penerima beasiswa LPDP dan kini sedang melaksanakan perkuliahan S2 Magister Manajemen di Universitas Gadjah Mada (UGM), Yogyakarta.

Khaidir membagi tips bagaimana agar para pendaftar bisa lolos seleksi dan persiapan bagi para calon pendaftar LPDP.

Khaidir Syahrul.
Khaidir Syahrul. (dokumen Khaidir Syahrul)

Apa saja bocoran dari Khaidir? Berikut ini rangkuman wawancara reporter Tribunjogja.com dengan pemuda kelahiran tahun 1993 ini via surel pada Sabtu (5/5/2018).

1. Memilih kategori beasiswa

Sebelum mendaftar beasiswa LPDP, coba lihat apakah wilayah anda masuk daftar 3T (Terdepan, Terluar, dan Tertinggal).

Khaidir tidak memilih kategori beasiswa reguler, karena kabupaten Jeneponto, tempat asalnya masuk kategori 3T.

Terlebih menurut laporan Antara, 30% kuota beasiswa LPDP diperuntukkan bagi peserta dari wilayah 3T.

2. Kendala pengumpulan berkas

Jika tempat domisili saat ini berjarak cukup jauh dengan kampus S1, maka cukup menguras waktu dan biaya.

"Sebelumnya saya belajar di Kampung Inggris, Kediri, jadi berkas mulai saya susun ketika pulang ke kampung halaman," kata Khaidir.

Mengingat ada beberapa berkas yang belum dimiliki, misalnya bukti keanggotaan organisasi dan akreditasi, dia harus mengurusnya di Universitas Negeri Makassar.

Khaidir yang mendaftar LPDP batch 2 tahun 2016, setelah dinyatakan lolos, dia mengaku sedikit kesulitan menemukan awardee lainnya.

Namun, setelah mencari-cari informasi, dia akhirnya bisa menghubungi beberapa penerima beasiswa lainnya dan saling memberi motivasi.

Khaidir Syahrul.
Khaidir Syahrul. (dokumen Khaidir Syahrul)

3. Seleksi terberat

Menurut lulusan S1 Manajemen ini, seleksi terberat adalah wawancara.

"Pewawancara yang terdiri dari 3 orang, di awal sebelum saya masuk dalam ruangan sudah mulai tegang," ungkapnya mengingat momen itu.

Saat menunggu di depan pintu ruangan, Khaidir menenangkan dirinya dengan mengingat pesan orangtuanya, yaitu "Jangan pernah berhenti istighfar dan dzikir."

"Dengan mengucapkan "Bismillah," saya maju untuk memasuki ruangan," akunya.

Khaidir masuk ruangan dengan senyuman dan menyapa para pewawancara.

4. Pertanyaan wawancara paling diingat

"Sejauh mana anda mengenal daerah anda?"

Itu adalah pertanyaan yang paling diingat oleh Khaidir selama seleksi wawancara.

"Alhamdulillah, saya dapat menjawab pertanyaan ini dengan baik. Pengetahuan tentang dari kondisi geografis, demografi, ekonomis, sejarah, budaya hingga adat istiadat daerah, menjadi satu di antara kunci dalam berjuang mendapatkan beasiswa," jelas Khaidir.

5. Skor TOEFL aman menurut Khaidir

"Menurut saya, skor TOEFL yang paling aman untuk magister adalah 500, dengan pertimbangan hal ini akan menjadi landasan kuat untuk mendaftar LPDP dan Universitas Negeri," sarannya.

Khaidir Syahrul.
Khaidir Syahrul. (dokumen Khaidir Syahrul)

6. LoA

Letter of Acceptance (LoA) atau surat tanda penerimaan dari univeristas tujuan sering menjadi pertimbangan para pelamar.

Tak jarang muncul dilema antara dapat LoA dulu atau dapat beasiswa dulu.

Khaidir mendaftar beasiswa LPDP, tanpa memegang LoA.

Dia mengatakan beberapa temannya mendaftar dengan LoA di tangan, dan dia juga mengakui, dengan begitu kesempatan mendapat beasiswa lebih besar.

Menurutnya, "Saya lebih menyebutnya ini adalah poin plus bagi pelamar beasiswa untuk meyakinkan, bahwa dia layak untuk mendapatkan beasiswa dan melanjutkan program magister, namun bukan berarti ini adalah satu-satunya alasan diterima."

7. Biaya mengurus persyaratan

Selama proses seleksi ini, LPDP memang tidak memungut biaya sepeserpun alias gratis.

Namun, bagi calon pelamar, tentu ada pengeluaran dari kantong sendiri untuk persiapan.

Khaidir menghabiskan lebih kurang Rp1 juta untuk mempersiapkan diri.

"Biaya tes TOEFL sekitar Rp500 ribu dan selebihnya adalah biaya akomodasi saya selama mengurus berkas dari Kabupaten Jeneponto ke kota Makassar," ungkapnya.

8. Pesan Khaidir untuk para calon pelamar

"Innama a’malubinniat, semua berawal dari niat."

Khaidir mengingatkan untuk jangan lupa meminta doa orangtua, dosen, dan sahabat, serta menjaga silaturahmi.

"Selanjutnya, yang harus disiapkan para calon pelamar adalah untuk selalu update tentang info kebijakan terbaru, bisa dilihat di website resmi," pesannya.

Jangan malu bertanya pada para awardee di acara-acara talk show atau sarasehan bersama alumni penerima beasiswa LPDP.

BONUS: Apakah beasiswa LPDP menanggung seluruh biaya perkuliahan?

Khaidir mengatakan, menurut kontrak yang dia tandatangani, biaya yang ditanggung beasiswa LPDP adalah: biaya pendaftaran, SPP, tunjangan hidup per bulan, asuransi kesehatan BPJS, tunjangan buku, biaya kepindahan dari kota asal menuju kota tujuan kuliah, tiket pesawat keberangkatan dan kepulangan masa kuliah, pengajuan biaya penelitian, pengajuan biaya konfrensi internasional, hingga biaya wisuda.

Pendaftaran beasiswa LPDP Tahap I: Dalam Negeri, program beasiswa Reguler, Dokter Spesialis, dan Afirmasi (kecuali beasiswa Santri dan BUDI), telah dibuka mulai hari ini, 7 Mei - 8 Juni 2018.

Pendaftaran bisa dilakukan secara online di www.beasiswa.lpdp.kemenkeu.go.id.

(Tribun Jogja/ Fatimah Artayu Fitrazana)

Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved