Pameran Menjemput Impian, Ungkapan Kasih Seorang Dodot
Di pameran yang akan berlangsung hingga 10 April mendatang ini, Dodot turut serta membawa mobil sedan Mercy E300 tahun 1991.
Penulis: Yudha Kristiawan | Editor: Ari Nugroho
Laporan Reporter Tribun Jogja Yudha Kristiawan
TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Beragam cara ditempuh dan diwujudkan seseorang demi mengungkapkan rasa sayang kepada yang dianggap berarti dalam hidupnya.
Seperti yang dilakukan oleh perupa Heru "Dodot" Widodo.
Kali ini melalui pameran tunggalnya, Dodot begitu ia akrab disapa, kembali menghadirkan karya yang embrionya dari seorang perempuan bernama Eka Susilawati yang begitu ia cintai sebagai pendamping hidupnya.
Sosok Eka yang disebut Dodot sangat berarti dalam hidupnya adalah ruh dari pameran tunggalnya yang ke 7, yang digelar mulai tanggal 6 April bertepatan dengan hari kelahirannya.
Di usianya ke 44 tahun ini, Dodot mewujudkan rasa syukur karena dipertemukan dengan Eka, dengan membuat pameran.
Baca: Pameran Dodompleng Anak Celeng Ajak Melek Politik
Ditemui di sela pameran, Dodot menjelaskan salah satu dari belasan karyanya di pameran ini yang diberi judul "I Love You", acrylic on canvas, 270x300, 2018.
Karya ini menampilkan sebuah bibir bergincu merah bertuliskan i love you dengan sebuah lembar dolar.
Bibir tersebut adalah representasi dari sosok Eka yang memberinya banyak pengalaman berharga dalam berkarya.
Sementara selembar dolar adalah ciri khas lukisan Dodot yang hampir selalu ditampilkan dan simbolisasi doa Dodot agar hidupnya selalu diberi kelancaran rejeki.
"Semua lukisan ini dan pameran ini aku dedikasikan untuk Eka yang sangat memberi energi positif untuk terus berkarya, berusaha dan berdoa. Semoga apa yang aku hadirkan di pameran ini bisa membuatnya terus semangat dan pantang Menyerah untuk survive dalam menghadapi hidup ini," ujar Dodot, Sabtu (7/4/18).
Baca: Mengenal Karya Heru Dodot Widodo, Seng dan Uang Dollar
Di karya yang lain berjudul "Senandung Pagi Yang Indah", oil on canvas, 150x200,2016, Dodot menampilkan sosok perempuan yang sedang bermain Saksofon.
Hampir serupa dengan karya berjudul "Ibu Pertiwi 1 dan 2", Dodot menempatkan perempuan sebagai objek yang amat ia hormati.