INSPIRASI

Dengan Sentuhan Kreatif, Pria Asal Bantul Ini Sulap Limbah Batok Kelapa Jadi Celengan Karakter Unik

Pria asal Bantul ini menyulap tempurung kelapa menjadi kerajinan 'celengan karakter' yang unik dan menarik.

Penulis: Ahmad Syarifudin | Editor: Muhammad Fatoni
Tribun Jogja/ Ahmad Syarifudin
Beberapa produk celengan karakter hasil kreasi dari Gunawan yang terbuat dari tempurung kelapa. 

Laporan Reporter Tribun Jogja, Ahmad Syarifudin

TRIBUNJOGJA.COM, BANTUL - Batok tempurung kelapa biasanya berakhir hanya menjadi arang, atau hanya dibuang begitu saja.

Namun, tidak bagi Gunawan (32).

Dengan sentuhan kreativitas yang dimiliki, pria asal Bantul ini menyulap tempurung kelapa menjadi kerajinan 'celengan karakter' yang unik dan menarik.

Ketika disambangi di kediamannya, di dusun Ngabean, Triharjo, Pandak, Gunawan memperlihatkan proses pembuatan tempurung kelapa hingga menjadi kerajinan yang memiliki nilai ekonomis tinggi.

Ada celengan karakter yang menbentuk aneka satwa dengan hiasan lukisan yang indah. Ada juga cangkir, mangkuk, teko hingga lampu hias.

Gunawan bercerita, awak mula memafaatkan tempurung kelapa menjadi kerajinan bermula ketika tahun 2005, ia menggeluti profesi sebagai tukang kelapa.

"Awalnya tahun 2005 saya jualan kelapa. Saya beli kelapa dari petani, kemudian saya parut dan dijual di pasar. Dari sana limbah dari kelapa yang telah diambil dagingnya itu banyak dan bisanya saya jual karungan," kata Gunawan, menceritakan.

Satu karung limbah termpurung kelapa, kata Gunawan, waktu itu, ia jual dengan harga Rp400.

Namun, lama kelamaan, ia kemudian berpikir, bagaimana caranya untuk memanfaatkan limbah tempurung kelapa menjadi satu kerajinan.

"Saya mulai mencari ide, mencari referensi. Bagaimana limbah tempurung kelapa ini bisa saya manfaatkan. Akhirnya tercetus untuk membuat celengan," terangnya.

Celengan dari tempurung kelapa itu ia kreasikan menjadi bentuk aneka satwa-satwa yang menarik.

Tak disangka, hasil kerajinan celengan karakter yang dibuat Gunawan mendapat respon positif dari pasar.

Ia kemudian mulai memproduksi dan berinovasi dengan kreasi kerajinan yang lain.

"Watu itu, pasar responnya positif. Sebelum gempa ada beberapa produk yang sudah dibuat. Ada souvenir bros, tusuk konde dan dompet juga," terangnya.

Akan tetapi malang tak bisa ditolak. Ketika ia sedang mulai merintis usaha kerajinan, tahun 2006, Yogyakarta diguncang gempa dahsyat.

Gunawan terkena dampaknya. Industri kerajinan miliknya terpaksa ditutup selama hampir 6 bulan lebih. Akan tetapi, gempa ternyata tak membuat usahanya surut.

Usai berduka, ia kemudian mulai lembaran baru dengan berekperimen membuat kerajinan pada desain baru.

"Mulai lagi akhir tahun 2006, saya desain sendiri. Perpaduan dari desain lama kemudian dimodifikasi dari ide-ide baru. Hingga akhirnya bisa sampai saat ini. semuanya ada 30 item desain karakter
Mulai souvernir dan ornamen dekor," ujar dia.

Pada mulanya, diceritakan Gunawan, semua pengolahan bahan mentah mulai dari memetik kelapa, membersihkan batok kelapa, mengamplas, hingga proses pembuatan celengan ia lakukan secara mandiri, seorang diri.

"Sebelum ada mesin. Semuanya saya kerjakan sendiri, secara manual," ungkap dia.

Lambat laun, seiring usahanya mulai berjalan, lulusan dari STM jurusan mesin ini kemudian mulai merakit mesin untuk proses produksi.

Hasilnya, dengan adanya mesin, kuantitas produksinya bisa semakin cepat dan banyak.

"Salam satu minggu saya bisa memproduksi 1000 hingga 1200 unit kerajinan," terangnya.

Kerajinan-kerajinan hasil kreasinya itu, ia jua secara online maupun dikirim ke beberapa toko-toko souvernir yang ada di kota Yogyakarta.

Bahkan, beberapa diantaranya sudah diekspor ke luar negeri.

"Meski produk kerajinan saya sudah diekspor. Namun, target market saya tetap pasar lokal di Indonesia," ungkap Gunawan.

Harga satu unit celengan karakter hasil kreasinya, Gunawan menjual dengan harga yang cukup murah. Dari mulai harga Rp15 ribu hingga Rp17 ribu.

Satu cangkir dari batok dijual Rp 6 ribu sampai Rp 8 ribu. Satu unit mangkuk dari batok Rp 12 ribu, teko batok dari mulai Rp 15 hingga Rp 25 ribu.

"Saya juga menerima pesanan dari toko-toko, untuk membuat beberapa barang yang terbuat dari kerajinan batok ini," ujar dia. (*)

Sumber: Tribun Jogja
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved