Metode 'Cuci Otak' Dokter Terawan Sembuhkan Stroke Tanpa Bekas Dianggap Ajaib

Banyak orang telah tertolong. Tidak hanya dalam fase rehabilitasi pasca-stroke, tapi juga untuk prevention atau pencegahan

INTISARI
Dokter Terawan menyapa pasiennya sebelum prosedur. 

TRIBUNJOGJA.COM - Stroke bisa berupa perdarahan di otak (hemoragik), bisa pula berupa penyumbatan pembuluh darah di otak (iskemik). 

Digital Subtraction Angiografi (DSA) adalah kateterisasi pada pembuluh darah di otak. Berfokus pada masalah-masalah iskemik, dan prinsip kerjanya mirip kateterisasi pada jantung. 

Dulu dr. Terawan, Kepala Sub-Radiologi Instalasi Radionuklir RSPAD Gatot Subroto Jakarta, dan timnya mengawali aplikasi DSA, yang merupakan salah satu aktivitas dari radiologi intervensi, pada pengobatan kanker. 

Metode yang dikembangkan adalah Trans Arterial Chemo Infusion (TACI), yakni memberi obat kemoterapi langsung ke tumor. 

Prosedurnya sama, yakni memasukkan kawat kateter ke dalam pembuluh darah dan mengoperasikannya dengan panduan gambar pada layar fluoroskopi. 

Tapi dalam perkembangan selanjutnya ia melihat, angka prevalensi stroke lebih tinggi ketimbang kanker.

Kasusnya juga lebih merata, bahkan menjadi salah satu ancaman kematian tertinggi. 

“Dan kebetulan metode ini bisa diaplikasikan pada pembuluh darah otak,” kata kolonel TNI-AD kelahiran Yogyakarta, 5 Agustus 1964, dokter lulusan Universitas Gadjah Mada kemudian mendalami radiologi di Universitas Airlangga, ini. 

Sekalipun di negara maju prosedur sejenis endovascular surgery seperti DSA itu sudah banyak diterapkan, di dalam negeri belum semua kalangan medis menerima. 

Menyembuhkan stroke hingga tanpa bekas – sejauh interval masa serangan dengan tindakan tak lebih dari empat jam (enam jam kalau pada pembuluh arteri) – masih dianggap sebagai keajaiban. 

“Tapi ini kerja tim. Semua sudah diukur, dikalkulasi, didiskusikan, dibahas secara medis. Jadi ilmiah. Kalau ada keraguan juga dibicarakan,” kata dr. Terawan. 

Banyak orang telah tertolong. Tidak hanya dalam fase rehabilitasi pasca-stroke, tapi juga untuk prevention atau pencegahan. 

Ia kadang heran dengan perilaku konsumen kesehatan di negeri ini. “Sesuatu yang murni medis-ilmiah masih diragukan, sementara Mak Erot punya banyak pasien dan Ponari didatangi orang tanpa berusaha mengkritisi,” katanya sambil tersenyum. 

Tim dr. Terawan berniat mengembangkan sebuah pusat penanganan penyakit yang berhubungan dengan otak (Cerebrovascular Center). 

Target mereka adalah menekan serendah mungkin angka prevalensi stroke di Tanah Air. Tentu semua itu bukannya tanpa kendala. 

Halaman
12
Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved