Mengenang Masa Jaya Tong Stand 'Setan' Pasar Malam
Kembali ke beberapa tahun silam di mana pasar malam hadir setiap minggunya di lapangan-lapangan kecamatan.
TRIBUNJOGJA.COM - Kembali ke beberapa tahun silam di mana pasar malam hadir setiap minggunya di lapangan-lapangan kecamatan.
Wahana seperti bianglala, komedi putar, atau pedagang yang menjajakan pakaian hingga panganan yang sangat khas, kembang gula, ada di sana.
Di tengah hiruk pikuk orang-orang yang kebingungan ingin naik wahana apa, ada salah satu wahana yang menjadi sumber kebisingan.
Suara dari dalam sana terdengar seperti gergaji mesin sedang memotong-motong kayu.
Wahana ini berupa arena tabung dengan ketinggian 10 meter, yang bagian atasnya semakin melebar berdiameter 8-9 meter dengan kemiringannya hampir 90 derajat.
Banyak julukan untuk atraksi menantang maut ini, mulai dari tong stand, tong edan, hingga roda-roda gila.
Di dalamnya para joki memacu motornya dalam kecematan tinggi, berputar-putar mengelilingi tong.
Mereka bahkan mengendarai motornya dalam posisi horizontal, tak jarang hingga menyentuh bibir tong seakan-akan ingin menyambar para penonton.
Para penonton pun seperti tidak mau kalah, mereka mengulurkan tangan untuk menyawer para joki.
Atraksi yang seperti tidak mungkin terjadi tersebut sebenarnya dapat dijelaskan dengan gaya fisika.

Gaya gravitasi, gaya gesek lintasan, dan gaya normal berpadu sekaligus sehingga membuat motor tidak terjatuh.
Tapi tong setan bukan atraksi yang aman-aman saja, memacu motor dalam kecepatan tinggi dalam posisi yang tidak biasa berisiko terjadinya kecelakaan.
Tahun 2012 lalu seorang joki asal Rembang bernama Yogi dikabarkan meninggal dunia mengalami kecelakaan saat beratraksi dalam pertunjuka tong setan di Lamongan.
Yogi kehilangan keseimbangan sehingga terjatuh dan membuat tubuhnya tertimpa motornya sendiri.
Kejadian seperti itu sangat mungkin terjadi, apalagi kebanyakan para joki tidak mengenakan standar keamanan, seperti helem misalnya.