Sendang Ngembel di Pajangan Bantul, Menarik Karena Tenang dan Sunyi

Begitu sampai di lokasi, mata akan disuguhi kolam air berdinding tembok yang dikelilingi pohon rindang dengan luasan kolam sekitar 200 meter.

Penulis: Susilo Wahid Nugroho | Editor: Ari Nugroho
TRIBUNJOGJA.COM / Susilo Wahid
Sendang Ngembel yang berlokasi di Dusun Beji Wetan, Desa Sendangsari, Kecamatan Pajangan, Bantul. Foto diambil Rabu (7/3/2018). 

TRIBUNJOGJA.COM, BANTUL - Kebanyakan tempat wisata identik dengan keramaian dan hingar bingar pengunjung.

Sedikit berbeda dengan Sendang Ngembel, yang justru jauh dari keramaian.

Tapi bukan berarti tak layak dikunjungi.

Karena Sendang Ngembel punya daya tarik tersendiri yang tetap bisa dinikmati.

Lokasinya di Dusun Beji Wetan, Desa Sendangsari, Kecamatan Pajangan, Bantul.

Sendang Ngembel tak begitu jauh dari pusat kota Bantul.

Dilihat dari sistem aplikasi GPS smartphone, jarak dari Kota Bantul menuju Sendang Ngembel 6 kilometer.

Cara paling gampang menuju tempat ini adalah melewati Jl Bantul.

Ambil arah barat sesampainya di perempatan Masjid Agung.

Baca: Dinpar Bantul Gelar Sarasehan Forkom Pokdarwis di Sendangsari

Lurus saja mengikuti jalan tersebut sampai menemukan perempatan lampu merah kecil, belok ke arah barat menuju Lembaga Pemasyarakatan (Lapas).

Dari Lapas, ikuti jalan menanjak sampai menemukan SD Beji.

Dari SD Beji sudah terlihat petunjuk menuju sendang tersebut.

Jalan menuju ke lokasi cukup mudah untuk motor maupun mobil pribadi sampai bus kapasitas 25.

Tapi tidak untuk bus besar kapasitas 50.

Dari keterangan warga, sempat ada rombongan pengunjung hendak datang menaiki bus besar namun gagal.

Bus gagal masuk karena jalan sempit.

Baca: Nikmati Festival Gamelan di Pasar Kakilangit Sendang Akhir Pekan Ini

Begitu sampai di lokasi, mata akan disuguhi kolam air berdinding tembok yang dikelilingi pohon rindang dengan luasan kolam sekitar 200 meter.

Dinding tembok tersebut merupakan bagian dari program pembangunan spot wisata tahun 2015 dengan nilai mencapai Rp 500 juta.

Ketika mendekat, terlihat warna air tampak semburat biru jika cuaca sedang cerah.

Ada ikan di dalamnya.

Di tengah kolam, ada pulau kecil dihubungkan dengan jalan cor.

Pengunjung tak ditarik tiket masuk, hanya tarif parkir Rp 2 ribu untuk motor dan Rp 5 ribu untuk mobil.

Sendang Ngembel memang tak setenar Goa Selarong yang juga berada di wilayah Pajangan.

Sesuai lokasinya yang cukup tersembunyi, keelokan tempat ini juga masih belum banyak yang tahu.

Sendang Ngembel, adalah tempat yang sunyi dengan menyajikan ketenangannya.

Baca: Sendang Seliran Pemandian di Dalam Komplek Ndondongan Kotagede Yogyakarta

Jiriyanto, pengelola Sendang Ngembel yang juga anggota Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) desa setempat mengatakan, keaslian dan filosofi tempat ini memang begitu dijaga.

"Sempat ada usulan menambah fasilitas bebek-bebekan (kapal bebek) namun kami tidak setuju," katanya.

Termasuk juga wacana menjadikan kolam air sebagai tempat berenang.

Untuk sekali lagi, Jiriyanto menolaknya. Kali ini karena unsur estetika.

Dasar kolam berupa lumpur jika diinjak menjadikan air menjadi mudah keruh.

Walhasil, semburat biru kolam menjadi tak terlihat jika air keruh.

Jiriyanto meyakini, Sendang Ngembel tak hanya sekedar tempat rekreasi.

Lebih dari itu, menjadi saksi sejarah Kerajaan Mataram.

Baca: Lestarikan Peninggalan Kerajaan Mataram, Kakek Ini Produksi Kue Kembang Waru Selama 35 Tahun

Seperti pulau di tengah kolam, yang dipercaya sebagai pendanda batas Mangir dan Kerajaan Mataram Islam yang diletakkan oleh Ki Ageng Mangir Wonobudoyo.

Masyarakat sekitar percaya, Sendang Ngembel diketemukan tanggal 15 Besar bulan Jawa tahun 1915 oleh Kiai Jalu Mampang.

Saat itu, wilayah sendang hanya ditinggali seorang janda yang bernama Nyai Sariti.

Hingga saat ini ada tanggal 15 bulan Besar selalu diadakan syukuran di Sendang Ngembel.

Syukuran berwujud kenduri dan sajian makanan utama berupa tumpeng sega megana ini dilakukan setahun sekali sebagai ungkapan rasa syukur warga atas berkah air dari Sendang Ngembel mengairi sawah warga.

Sampai kini, banyak orang datang berziarah dengan tujuan masing-masing.

Baca: Ziarah ke Makam Wijaya Brata, Ini Harapan PWI DIY untuk Pers Indonesia

"Masih ada yang sengaja datang mengalap berkah, ingin mendapat ketentraman atau mensucikan diri, tergantung tujuan masing-masing. Ada juru kunci tempat ini dan selalu kami ajak berdiskusi terkait rencana pengembangan wisata di lokasi untuk masa mendatang," katanya.

Bukan lantas menutup mata, Jiriyanto juga ingin agar Sendang Ngembel dikembangkan sebagai spot wisata maupun tempat rekreasi.

Hanya saja, nilai-nilai spritiual dan sejarah yang terkandung tak boleh diganggu.

Seperti kolam air, yang seyogyanya dibiarkan tenang dan bisa dinikmati.

Kalaupun ada fasilitas air atau rekreasi air, pengelola ingin membangunnya di sekitar kolam.

Seperti taman bunga atau kolam air mini.

"Tidak apa-apa memakai air bersumber dari kolam sendang, yang penting tidak di sendang. Keaslian sendang biar terus terjaga," kata Jiriyanto.

Sayangnya, pengelola sampai detik ini masih belum bisa memanfaatkan lahan lain di sekitar sendang karena terbentur hak milik perorangan.

Artinya, sebelum lahan sekitar sendang bisa dikelola, perlu dilakukan pembebasan lahan yang dalam hal ini perlu campur tangan pemerintah setempat. (TRIBUNJOGJA.COM)

Sumber: Tribun Jogja
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved