Mahasiswa STMIK AKAKOM Kembangkan Aplikasi Pencari Tukang Bangunan
Mahasiswa STMIK AKAKOM kembangkan aplikasi untuk mempertemukan tukang bangunan dan pemborong bernama Mastupang (Mobile Apps Tukang Panggilan)
Penulis: Santo Ari | Editor: Ari Nugroho
Salah satu fiturnya adalah, para pencari tukang dapat memilih spesifikasi, mulai dari yang berada di sekitar mereka, atau berdasarkan kategori tukang seperti pekerja bangunan, interior, dan cleaning servis.
Mereka juga menyediakan sistem pembayaran dengan rekening bersama agar aman.
Dengan hasil kerja keras mereka, ketiga mahasiswa Akakom tersebut mampu menyabet juara 1 mengalahkan kompetitor-kompetitor lainya yang berasal dari seluruh Indonesia dalam Dinacom yang diselenggarakan akhir Februari lalu.
Baca: Begini Penjelasan Kemenkominfo Terkait Pemblokiran Tumblr
Kiki menuturkan, bahwa sejak awal dirinya yakin bahwa mahasiswanya akan memenangkan kompetisi ini.
"Mereka menang karena keunikan apliasi ini. Saya yakin menang, akhinya menang benaran. Ke depan aplikasi ini akan terus dikembangkan dan akan dipakai oleh pihak kontraktor yang sudah melihat aplikasi ini dan tertarik," ucapnya.
Sebelumnya, Yudis dan timnya juga menjuarai kompetisi Elinfo yang diselenggarakan UNY, Desember tahun lalu.
Dalam kompetisi IT tersebut ia mengembangkan aplikasi dengan sistem personal akunting di mana bisa mengendalikan pengeluaran keuangan, pencatatan hutang, hingga membuat laporan sederhana selama sebulan.
Lebih jauh, sebagai pendamping Kiki mengatakan bahwa yang dibutuhkan mahasiswa saat ini adalah ide.
Ia mengatakan bahwa mahasiswa saat ini sudah canggih, namun mereka belum bisa mengemas sebuah produk semenarik mungkin, padahal itu adalah hal yang penting.
"Tugas pembimbing adalah membuat mereka berani tampil. Karena karakter mahasiswa IT itu cenderung nggak pede. Jadi, kami beri motivasi agar mereka tidak hanya pintar coding di depan komputer saja, tapi juga berani menjual ide dan gagasan mereka di depan publik," terangnya.
Baca: Anti Kecantikan Buatan, Kampus Ini Tolak Calon Mahasiswa yang Pernah Dioplas
Kiki juga mengatakan, agar kerja sama dapat terjalin dengan baik antar mahasiswa dan dosen pembimbing, maka selain pertemuan tatap mata, ia juga membentuk grup diskusi, melalui whatsapp misalnya.
Menurutnya hal itu lebih efektif, dan akhirnya muncul ide-ide segar dari para mahasiswa.
"Saya tidak mau mendikte, tapi saya beri tantangan, dan itu yang melatih mereka berani menyampaikan ide," tukasnya.
Beruntung, di kemahasiswaan ada anggaran khusus untuk modal para mahasiswa untuk berlaga dalam banyak kompetisi.