Parade Juang Serangan Umum 1 Maret 1949 Libatkan Lebih Banyak Elemen

Parade juang merupakan salah satu dari acara puncak untuk memperingati Serangan Umum 1 Maret 1949.

Editor: Ari Nugroho
TRIBUNJOGJA.COM / Hasan Sakri Ghozali
Komunitas seni menunjukkan aksinya saat acara Parade Juang Serangan Umum 1 Maret 1949 di depan Museum Vredeburg, kota Yogyakarta, minggu (4/3/2018). Parade yang diikuti oleh anggota TNI-Polri serta berbagai komunita seni tersebut diadakan dalam rangka memperingati Serangan Umum 1 Maret 1949 

Laporan Calon Reporter Tribun Jogja, Christi Mahatma Wardhani

TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Satu per satu masyarakat Yogyakarta memadati kawasan Jalan Malioboro untuk menyaksikan Parade Juang Serangan Umum 1 Maret 1949, Minggu (4/3/2018).

Pengunjung berdiri berjejer melihat barisan parade, dari depan gedung DPRD hingga Benteng Vredeburg.

Ada yang duduk di tepi jalan, ada yang berjinjit karena berada di belakang barisan.

Bahkan ada pula yang naik kursi, dan berdiri di atas tempat sampah demi melihat parade tersebut.

Barisan parade dipimpin oleh pasukan drum band dari AKMIL, dilanjutkan dengan tank AMX, panser Anoa, pasukan TNI AD, TNI AL, TNI AU, Polri, juga dimeriahkan sekitar 20 kelompok kesenian di Yogyakarta.

Baca: Asyiknya Mendengar Sejarah Peristiwa Serangan Umum 1 Maret Langsung dari Pelaku Sejarah

Ketua Komunitas Djokjakarta 1945, Eko Isdianto mengatakan, parade juang merupakan salah satu dari acara puncak untuk memperingati Serangan Umum 1 Maret 1949.

Komunitas Djogjakarta 1945 bersama dengan Dinas Kebudayaan, Ikatan Keluarga Alumni Lemhanas, Paguyuban Wehrkreis III, dan Museum Benteng Vredeburg bersinergi untuk memperingati Serangan Umum 1 Maret 1949 setiap tahunnya.

"Ini adalah kegiatan yang dilakukan setiap tahun, untuk memperingati peristiwa Serangan Umum 1 Maret 1949. Dalam parade ini melibatkan kontingen militer dan seni tradisi di Yogyakarta," kata Eko.

Ada berbagai seni tradisi yang ikut pentas dalam parade juang. Seperti tari Badui, Ludruk, Edan-edanan, Rampak Buto, Pasukan Bregodo.

Tak ketinggalan juga liong dan barongsai.

Dalam parade juang tersebut ada sekitar 1800 orang yang ikut menyemarakkan acara.

Baca: Revitalisasi Malioboro Ditargetkan Selesai dalam 8 Bulan

Eko mengatakan ada perbedaan dalam peringatan Serangan Umum 1 Maret 1949 yang digelar tahun ini.

Ia mengungkapkan peringatan tahun 2018 ini melibatkan lebih banyak elemen, termasuk juga pegiat sejarah.

"Kalau sekarang melibatkan banyak orang. Untuk kesenian sendiri semua wilayah DIY terlibat, dari Sleman, Bantul, Gunung Kidul, dan Kulon Progo. Semua mewakilkan. Lalu tadi ada fragmen Serangan Umum 1 Maret 1949 dari pegiat sejarah seluruh Indonesia, " tambah Eko.

Ia berharap melalui parade juang tersebut masyarakat Yogyakarta bisa lebih memaknai peristiwa Serangan Umum 1 Maret.

Tidak hanya masyarakat Yogyakarta saja, namun Eko juga berharap 1 Maret bisa menjadi peringatan yang bersifat nasional.

Baca: FOTO: Dari Becak Listrik hingga Mobil Listrik Parade Keliling Yogya

Suwandi (37), satu diantara pengunjung yang datang mengatakan senang bisa melihat parade juang tersebut.

Bersama ketiga buah hatinya, Ia bisa memperlihatkan kesenian tradisional yang ada di Yogyakarta.

"Tau dari tetangga kalau ada karnaval, terus ya ngajak anak-anak untuk nonton. Selain untuk hiburan, untuk pengetahuan juga kalau ada banyak kesenian di Jogja," kata Suwandi.

Wisatawan asal Bandung, Triyana (39) mengungkapkan kekagumannya pada salah satu kesenian yang tampil.

"Saya nggak tau kalau ada acara, cuma pas main kesini aja terus lihat. Tadi ngliat yang kaki panjang itu, kok bisa ya jalan jauh, tetap bisa joget," kata Triyana. (TRIBUNJOGJA.COM)

Sumber: Tribun Jogja
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved