Tidak Meletus Lebih Dari Lima Tahun, Seperti Apa Letusan Merapi yang Selanjutnya

Tidak meletus lebih dari lima tahun, seperti apa letusan Merapi yang selanjutnya

Penulis: Rizki Halim | Editor: Hari Susmayanti
dok. BPPTKG
Pengamatan visual melalui kamera Stasiun Deles,foto diambil pada tanggal 22 September 2017 (a). Grafik data pemantauan G. Merapi menggunakan metode seismik (b). Grafik data pemantauan G. Merapi menggunakan metode deformasitiltmeter Stasiun Selokopo Atas, EDM Reflektor Kaliurang 2, dan baseline GPS Selo–Pasarbubar (c). Grafik curah hujan di Pos Pengamatan Gunung Merapi (d). 

Laporan Reporter Tribun Jogja Rizki Halim

TRIBUNJOGJA.COM - Setelah terjadi letusan pada tahun 2010, hingga saat ini Gunung Merapi terhitung sudah 7 tahun lebih, gunung tersebut tidak memunculkan aktivitas vulkanisnya.

Ada juga spekulasi bahwa Merapi memiliki siklus lima tahunan, setidaknya dari catatan Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Gunung Api (BPPTKG), Merapi memang pernah meletus pada tahun
2001 lalu disusul letusan pada 2006 dan akhirnya meletus lagi pada 2010.

Setelah rehat lebih dari 5 tahun, muncul kekhawatiran, apakah Merapi akan meletus dengan kekuatan yang lebih besar dibanding sebelumnya, sebab gunung tersebut sudah beristirahat lama, sejak 2010.

Kepala BPPTKG DIY, I Gusti Made Agung Nandaka menerangkan bahwa prediksi itu belum bisa diketahui kebenarannya apakah letusan Merapi kelak akan lebih besar dibanding kejadian sebelumnya.

“Siklus letusan Merapi kali ini memang cukup lama sejak 2010, meski sempat tercatat empat kali ada gempa vulkanis, tapi status sekarang masih normal,” ujar Made beberapa waktu yang lalu saat ditemui di kantornya.

Perihal siklus jadwal lima tahunan yang memprediksikan bahwa Merapi akan meletus juga tak bisa dibuktikan kebenarannya, sebab menurut Made Merapi bisa meletus kapanpun.

Made menjelaskan, dalam sistem vulkanis seperti halnya Merapi terdapat sebuah kantung magma, kemudian ada saluran, juga sumber magma di bawah dengan kedalaman lebih kurang 100 kilometer.

Letusan akan terjadi saat kantong magma sudah terisi kemudian terangkat ke atas melalui saluran yang ada.

Untuk mengetahui berapa besar kekuatan letusan itu baru bisa diketahui salah satunya dari pengukuran laju kecepatan pengisian magma itu untuk mengukur berapa banyak material dan juga kecepatan muntahan letusan
serta radius terdampak.

“Problemnya sekarang, kita kan tak pernah tahu lajunya (magma) berapa, apa yang terjadi di dalam perut Merapi ini tidak ada yang tahu,” lanjutnya.

BPPTKG juga selama ini hanya mampu merekam gejala luar Gunung Merapi melalui pantauan kamera termal yang dipasang, sehingga tidak bisa mengawasi bagaimana aktifitas magma di dalamnya.

“Pantauan kamera termal ini jelas beda dengan memantau langsung ke dalam, pasti lebih tinggi kalau mengukur langsung,” terang Made

Made mengatakan bahwa kekuatan letusan Merapi berikutnya tidak terkait dengan jarak waktu aktivitas vulkanis sebelumnya dan menegaskan kapan letusan Merapi yang berikutnya masih belum bisa diketahui hingga saat ini. (tribunjogja)

Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved