Workshop Seni Menyulam, Antara Hobi dan Passion
Hasil sulaman tangan luar biasa ini mempunyai nilai seni dan apresiasi yang tinggi
Penulis: Noristera Pawestri | Editor: Muhammad Fatoni
Laporan Reporter Tribun Jogja, Noristera Pawestri
TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - The Phoenix Hotel Yogyakarta bersama dengan Tirana Art Management dan Seven Needles mengadakan workshop dan pameran menyulam pada Jumat (23/2/2018) kemarin dalam rangka peringatan 100 tahun bangunan yang dipakai oleh Hotel Phoenix.
Owner Tirana Art House and Kitchen, Nunuk Ambarwati, menuturkan hasil sulaman tangan luar biasa ini mempunyai nilai seni dan apresiasi yang tinggi dimana saat ini orang tidak lagi mengenal ataupun melakukannya.
"Dengan program ini, kami mengenalkan kembali seni menyulam. Karena dengan menyulam, bisa membantu menenangkan otak dan pikiran kita dari kesibukan sehari hari," papar Nunuk.
Maksud dari tema pada workshop dan pameran kali ini yakni "In Between" dapat dimaknai bahwa pekerjaan menyulam adalah antara hobi, passion dan profesionalisme.
"Antara wanita pekerja tapi juga mengerjakan pekerjaan kristik dan sulam disela-sela pekerjaan utamanya. Namun demikian, semua karya yang lahir adalah kecintaan pada sulam," lanjutnya.
Ia menambahkan, hiasan menyulam memiliki proses perjalanan cukup panjang sejak dahulu kala.
Kini, seni hiasan sulam dapat ditemukan di mana pundan setiap daerah memiliki ciri khas tersendiri.
Pada dasarnya, hampir tiap-tiap negara di dunia ini memiliki sejarah dan cerita unik mengenai seni hiasan sulam.
"Dan ketika dikeluarkan pertama barang tersebut pun merupakan sesuatu yang mewah. Hanya bisa dimiliki oleh orang-orang tertentu saja," tukasnya.
Hal ini terjadi di Byzantium pada tahun 330 sesudah Masehi sampai abad ke-15.
Pada zaman tersebut hiasan dipadukan dengan ornamen dari emas. (*)