Ziarah ke Makam Wijaya Brata, Ini Harapan PWI DIY untuk Pers Indonesia
Ziarah dan tahun bunga di Taman Makam Wijaya Brata sebagai refleksi dari serangkaian HPN yang diperingati pada 9 Februari yang lalu.
Penulis: Ahmad Syarifudin | Editor: Gaya Lufityanti
Laporan Reporter Tribunjogja.com, Ahmad Syarifudin
TRIBUNJOGJA.COM, BANTUL- Pagi, kala matahari masih hangat menyengat tubuh, ada pemandangan yang berbeda di Taman Makam Wijaya Brata, Umbulharjo, Yogyakarta, Selasa (20/02/2018).
Puluhan orang tampak berdiri, berbaris rapi selayaknya upacara.
Ada yang tampak tertunduk mengheningkan cipta, larut dalam pusara doa.
Orang-orang ini adalah pegiat pers yang tergabung dalam Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Daerah Istimewa Yogyakarta.
Lepas dalam balutan doa, ketika matahari mulai meninggi, mereka kemudian terlihat khusyuk, satu persatu menabur bunga diatas peristirahatan terakhir Suwardi Suryaningrat, sosok yang kemudian dikenal sebagai Ki Hajar Dewantara.
Ketua PWI DIY, Sihono mengatakan, ziarah dan tahun bunga di Taman Makam Wijaya Brata sebagai refleksi dari serangkaian peringatan Hari Pers Nasional (HPN) yang diperingati pada 9 Februari yang lalu.
Dengan refleksi ziarah ini, ia berharap para insan pers bisa meneladani semangat nasionalisme yang telah lebih dahulu dikobarkan para pendahulunya.
"Tokoh pers adalah pejuang, ia begitu cinta pada bangsa dan negaranya. Pahlawan pers itu pekerja keras, menaati waktu," ujar dia, di sela-sela ziarah, Selasa (20/02/2018)
Dari perjuangan itu, sebagai insan pers, Sihono mengaku sudah sepatutnya menanamkan nilai kecintaan kepada bangsa dan negara dengan cara tidak menyebarkan berita bohong (hoax) dan berita yang bisa menimbulkan kebencian.
Namun sebaliknya, Insan pers sudah waktunya menyiarkan berita atau informasi yang menginspirasi masyarakat.
Sihono menerangkan, selain melakukan kegiatan ziarah, dalam perayaan hari pers nasional tahun ini, pihaknya juga akan melakukan refleksi tentang pers yang akan di gelar pada Sabtu (24/02/2018) di Gedung PWI DIY.
"Pembicaranya Prof DR Sudjito, yang siap memberikan materi tentang pers," terangnya.
"Setelah dirasakan, apa yang kita alami. Kita perlu kembali ke pers Pancasila. Pers Pancasila masih relevan menghadapi persoalan yang dihadapi banyak aliran pers di Indonesia," imbuh dia.
Menurutnya, kebebasan yang menurut sebagian aliran pers yang lain, bebas sebebas-bebasnya tidak sesuai diterapkan.
"Saat ini saat yang tepat kembali melaksanakan pers Pancasila," tegas dia lagi.
Lebih lanjut, dalam perayaan pers tahun 2018 ini, ia berharap PWI DIY tetap menjadi yang utama untuk tidak menyiarkan kabar bohong dan kebencian dengan menyajikan informasi yang menginspirasi dan berpegang teguh pada kode etik pers.
"Apalagi ini tahun politik, pers tetap independen. Independen jangan diartikan tidak memihak. Pers tetap memihak, memihak kepada kebenaran, kepentingan rakyat, dan publik," ungkapnya. (*)
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/jogja/foto/bank/originals/tabur-bunga_20180220_154645.jpg)