Penyerangan jemaah gereja di Sleman

Mengenal Sisi Lain Aiptu Al Munir

Ia sangat khawartir mendengar kabar suaminya tak bisa langsung pulang.

Editor: Ari Nugroho
Tribun Jogja/ Tantowi Alwi
Kapolda DIY Brigjen Pol Ahmad Dofiri menyematkan pin ke baju Aiptu Munir di halaman Mapolda DIY, rabu(14/2/2018). 

TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Keluarga bangga, Aiptu Al Munir dapat melumpuhkan penyerang Gereja Santa Lidwina.

"Alhamdullilah seneng banget. Kayak mimpi bisa sama Pak Kapolda. Nggak nyangka banget," ungkap Yulianti, istri Aiptu Al Munir sumringah pada Tribun Jogja saat ditemui di rumahnya (14/2/2018).

Ibu dua anak itu sangat bangga pada prestasi sang suami.

Namun saat kejadian penyerangan, Ia sangat khawartir mendengar kabar suaminya tak bisa langsung pulang.

"Tiba-tiba dapat telpon dari temennya. Katanya bapak nggak bisa pulang dulu, ada musibah. Bapak kena pedang, sekarang di rumah sakit," kata Yulianti sambil mengingat kejadian.

Ia merasa sangat cemas mendengar kabar itu.

Tak ada yang bisa dilakukan selain berdoa.

Namun kecemasannya mulai hilang setelah, teman Al Munir memberikan kabar bahwa Munir baik-baik saja.

Baca: Begini Perasaan Aiptu Munir Setelah Terima Penghargaan dari Kapolda DIY

"Lewat istri teman bapak sih. Dikasih tahu kalau nggak apa-apa, terus kirim foto juga," kata Yulianti tertawa lebar.

Yulianti mengatakan kedua anaknya yang di luar kota juga merasa cemas.

"Sebelumnya nggak pernah sampe kayak gini, makanya khawatir banget," kata Yulianti.

Awal karir Al Munir

Al Munir memulai karirnya pada tahun 1984.

Ia bertugas di Jakarta Barat sebagai Reserse.

Sekitar tahun 2000, Al Munir dipindahkan ke Sukabumi.

Hingga akhirnya pada 2010, Ia bertugas di Polda DIY, dan 6 bulan lalu baru dipindahkan ke Polsek Gamping.

Selama 34 tahun masa mengabdinya, terdapat sebuah cerita lucu.

Baca: Ini Penghargaan yang Diberikan Kapolda DIY kepada Aiptu Munir

"Di Jakarta itu, tahun 1985. Saya dan tim melakukan peringkusan perampok yang pake pedang. Lha perampoknya malah ngejar, eh malah nyemplung kali. Tetapi akhirnya ya bisa dilumpuhkan. Dua kali itu di Jakarta," kata Al Munir sambil tertawa.

Setelah pindah ke Sukabumi, Ia pernah juga melumpuhkan perampok dengan menembak.

Dan yang terakhir adalah peristiwa di Gereja Santa Lidwina Bedog.

"Itu luka pertama, empat jahitan," kata Munir.

Karena kecepatan dan keberaniannya meringkus penjahat, Munir sudah mendapat 3 kali penghargaan.

Sisi Lain Munir

Di mata Yulianti, Munir adalah sosok yang bertanggungjawab dan agak pendiam. Meskipun usia pernikahannya sudah 28 tahun, Munir adalah sosok yang romantis.

Baca: Aiptu Munir: Pelaku Penyerangan Begitu Beringas

"Kadang-kadang sih. Bapak tahu saya suka coklat sama martabak. Nanti tiba-tiba bapak pulang udah bawa itu," kata Yulianti malu-malu.

Selain romantis, Munir juga suka belanja ke pasar sepulang kerja.

"Jadi kalau pulang dinas, bapak itu langsung belanja apa yang dia pengen. Nanti saya tinggal masak," imbuhnya.

Yulianti mengatakan, Munir selalu pulang sekitar pukul 08.30 karena belanja sayuran.

"Ya makanya kemarin jam 08.30 belum pulang saya khawatir," kata Yulianti.

Ia juga menyebutkan bahwa suaminya sebenarnya takut dengan jarum suntik.

"Bapak itu kalau sama darah bececeran nggak takut, tapi kalau sama jarum suntik takut. Makanya kemarin bingung juga kok bapak bisa dijahit," pungkas Yuliantis lirih sambil menahan tawa.(TRIBUNJOGJA.COM / Christi Mahatma)

Sumber: Tribun Jogja
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved