Penyerangan jemaah gereja di Sleman

Mengenal Sisi Lain Aiptu Al Munir

Ia sangat khawartir mendengar kabar suaminya tak bisa langsung pulang.

Editor: Ari Nugroho
Tribun Jogja/ Tantowi Alwi
Kapolda DIY Brigjen Pol Ahmad Dofiri menyematkan pin ke baju Aiptu Munir di halaman Mapolda DIY, rabu(14/2/2018). 

Sekitar tahun 2000, Al Munir dipindahkan ke Sukabumi.

Hingga akhirnya pada 2010, Ia bertugas di Polda DIY, dan 6 bulan lalu baru dipindahkan ke Polsek Gamping.

Selama 34 tahun masa mengabdinya, terdapat sebuah cerita lucu.

Baca: Ini Penghargaan yang Diberikan Kapolda DIY kepada Aiptu Munir

"Di Jakarta itu, tahun 1985. Saya dan tim melakukan peringkusan perampok yang pake pedang. Lha perampoknya malah ngejar, eh malah nyemplung kali. Tetapi akhirnya ya bisa dilumpuhkan. Dua kali itu di Jakarta," kata Al Munir sambil tertawa.

Setelah pindah ke Sukabumi, Ia pernah juga melumpuhkan perampok dengan menembak.

Dan yang terakhir adalah peristiwa di Gereja Santa Lidwina Bedog.

"Itu luka pertama, empat jahitan," kata Munir.

Karena kecepatan dan keberaniannya meringkus penjahat, Munir sudah mendapat 3 kali penghargaan.

Sisi Lain Munir

Di mata Yulianti, Munir adalah sosok yang bertanggungjawab dan agak pendiam. Meskipun usia pernikahannya sudah 28 tahun, Munir adalah sosok yang romantis.

Baca: Aiptu Munir: Pelaku Penyerangan Begitu Beringas

"Kadang-kadang sih. Bapak tahu saya suka coklat sama martabak. Nanti tiba-tiba bapak pulang udah bawa itu," kata Yulianti malu-malu.

Selain romantis, Munir juga suka belanja ke pasar sepulang kerja.

"Jadi kalau pulang dinas, bapak itu langsung belanja apa yang dia pengen. Nanti saya tinggal masak," imbuhnya.

Halaman
123
Sumber: Tribun Jogja
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved