Penjelasan Zaadit Taqwa Soal Kartu Kuning Jokowi saat Dihadapkan pada Politisi Hingga Menteri
Aksi pemberian kartu kuning pada Presiden Joko Widodo (Jokowi) menuai pro dan kontra dari beberapa pihak.
Penulis: say | Editor: Ikrob Didik Irawan
TRIBUNJOGJA.COM - Aksi pemberian kartu kuning pada Presiden Joko Widodo (Jokowi) menuai pro dan kontra dari beberapa pihak.
Ada yang mengapresiasi Ketua Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) UI Zaadit Taqwa.
Sebagian lagi mencelanya, tetapi ada pula yang menganggapnya biasa.
Rabu (7/2/2018) malam, Zaadit bersama ketua BEM dari sejumlah universitas lain, Menristekdikti M Nasir dan Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko menjadi pembicara di acara Mata Najwa dengan tema "Kartu Kuning Jokowi: Tidak Pantas, Wajar atau Kreatif?
Selain mereka, hadir pula politisi PDI P Adrian Napitupulu, Desmon Mahesa dari Gerindra dan Ahmad Yohan dari PAN.
Sebagian besar pembicara mengatakan bahwa kartu kuning Jokowi adalah sebuah bentuk kritik yang biasa.
Yohan bahkan mengapresiasi apa yang dilakukan Zaadit, karena berani mengingatkan Presiden agar bekerja lebih optimal.
Sedangkan Adrian meskipun menganggapnya biasa, menganggap jika apa yang dilakukan Zaadit kurang legitimasi moralnya.
Pasalnya, Zaadit dan teman-temannya di BEM UI belum datang langsung ke Asmat.
"Biasa-biasa saja, tiga jam atau empat jam ketemu Presiden beliau tidak apa-apa. Yang mempermasalahkan siapa? Dibilang prematur tidak. Tapi legitimasi moral kurang," ungkap Adrian di acara yang dipandu Najwa Shihab tersebut.
Namun Zaadit mengungkapkan, untuk mengkritik tidak perlu terjun terlebih dahulu ke lapangan.
Pasalnya, sudah banyak berita dari media yang membahas soal Asmat.
Dengan melihat itu katanya, maka seharusnya orang-orang sudah bisa merasakan penderitaan penduduk Asmat.
"Dengan membaca berita-berita di media sudah kegambar bagaimana penderitaan di sana. Kalau itu benar, kenapa nggak disampaikan," tegas Zaadit.
