Udi Priyanto, Si Penjual Koran, Mengaku Senang Sering Bantu Orang Menyeberang Jalan

Udi mengaku senang dapat melayani para pembeli dan dari pekerjaannya ini, ia bisa memiliki banyak teman.

Penulis: Tantowi Alwi | Editor: oda
tribunjogja/tantowi alwi
Udi Priyanto saat berjualan koran. 

Laporan Reporter Tribun Jogja, Tantowi Alwi

TRIBUNJOGJA.COM, SLEMAN - Udi Priyanto (51), sehari-hari menjajakan koran di sekitar Simpang Empat Kentungan Ringroad Utara atau Simpang Empat Cemara 7, Kabupaten Sleman, Yogyakarta.

Bekerja sebagai penjual koran, telah ia lakoni selama 10 tahun.

Menurutnya, pekerjaan menjual koran ia geluti karena sangat susah mencari pekerjaan lain.

"Cari kerja yang lain susah, apalagi umur saya yang sudah tua," kata Udi kepada Tribun Jogja, Senin (15/1/2018) pagi.

Selain susahnya mencari pekerjaan lain, menurut Udi menjadi penjual koran dirasa cukup mudah dan ia juga merasa tidak terkekang dengan siapapun.

"Sifatnya harian, jadi kalau mau libur, tinggal bilang ke agen," tutur Warga Kamal Wetan, Margomulyo, Seyegan, Sleman ini.

Udi mengaku senang dapat melayani para pembeli dan dari pekerjaannya ini, ia bisa memiliki banyak teman.

Kemudian, perasaan senang juga ia rasakan saat menjual koran yakni dirinya bisa membantu orang lain jikalau kendaraannya macet dan juga bisa membantu orangtua yang menyeberang jalan.

"Ada mobil macet bisa bantu, juga bisa bantu orangtua nyeberang jalan, senang tiap kali melakukan," kata Udi.

Selama satu hari berjualan koran, Udi mampu mendapatkan uang sekitar Rp40 ribu hingga Rp60 ribu.

Uang sebanyak itu bisa dapatkan seandainya koran yang ia jajakan semuanya laku terjual.

Diceritakannya lagi, uang tersebut tidaklah cukup untuk memenuhi kebutuhan istri dan dua orang anaknya yang masih sekolah.

Sehingga, untuk memenuhi kebutuhan ekonomi keluarganya, ia mencari tambahan penghasilan.

Dari seorang kenalannya, Udi mendapatkan tawaran bekerja di sebuah yayasan perawatan jenazah di sekitar daerah Sinduadi, Sleman.

Di yayasan tersebut ia bekerja di bagian pelayanan, "Kalau ada telepon, saya yang menjawab. Kemudian bersih-bersih dan bantu pekerjaan-pekerjaan yang lain," ujarnya.

Setiap hari, Udi menjual koran sekitar pukul 07.00 - 11.00 WIB, kemudian dilanjutkan bekerja di yayasan perawatan jenazah mulai pukul 14.00 - 21.00 WIB.

"Di yayasan hari Minggu libur," ungkapnya.

Selama menjadi penjual koran, Udi menceritakan pengalaman yang tidak dapat ia lupakan selama bekerja.

Dirinya pernah ditipu oleh pembeli yang tidak membayar koran yang sudah dibawa.

"Nanti saya ke sini lagi, pak," ucap Udi menirukan orang yang membawa korannya namun tidak kunjung datang untuk membayar.

Hal itu sudah beberapa kali ia alami, tetapi Udi tidak mempermasalahkannya, baginya itu dianggap belum rezeki untuk dirinya.

"Saya ikhlas," kata Udi.

Udi juga menuturkan dirinya pernah diserempet oleh sepeda motor saat meladeni pembeli yang berada di dalam mobil.

Dari peristiwa itu, tangannya terluka cukup parah karena terkena stang sepeda motor.

"Orangnya kabur, untung bukan badan saya yang ditabrak," kata Udi sambil menunjukkan bekas luka di tangannya yang cukup panjang.

Bagi Udi berbagai pengalaman tersebut menjadi bagian suka dan duka yang tidak terelakkan dalam menekuni pekerjaannya.

Pengalaman-pengalaman tersebut menjadi pelajaran untuk dirinya agar lebih berhati-hati lagi ke depannya.

Menafkahi istri dan kedua orang anaknya yang masih duduk di Kelas 2 SMP dan tingkat akhir di SMK merupakan penyemangat yang tiada henti.

"Kalau anak saya yang pertama sudah lulus, saya mau kuliahkan. Supaya jangan seperti orangtuanya, doa saya bisa lebih baik dan lebih maju dari bapaknya," kata Udi sambil tersenyum. (*)

Sumber: Tribun Jogja
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved