'Aku Alergi Semuanya,' Pengakuan Pesenam yang Derita Penyakit Langka
Tasha mengungkapkan kebanyakan orang tidak menganggapnya seperti orang disabilitas. Mereka melihatnya seperti orang normal.
Penulis: Fatimah Artayu Fitrazana | Editor: Ari Nugroho
TRIBUNJOGJA.COM - Seorang pesenam disabilitas, Natasha Coates (22) yang menderita penyakit langka, sehingga dia mengalami alergi terhadap apapun, bahkan air matanya sendiri.
Sebuah video wawancara diunggah oleh laman Metro memperlihatkan Tasha, sapaan akrab Natasha Coates berjuang menghadapi penyakit langkanya itu.
Tasha mengungkapkan kebanyakan orang tidak menganggapnya seperti orang disabilitas. Mereka melihatnya seperti orang normal.
Tapi, gadis berkepala plontos ini mengatakan, anggapan seperti itu membuatnya tertekan.
"Mereka tidak melihatku saat kesakitan. Mereka tidak melihat organ-orangku tidak bekerja dengan baik," ucapnya.
Tasha menceritakan mulai 2012, dia mulai alergi pada buah.
"Saat aku memakan apel, bibirku akan sedikit bengak dan sakit," katanya.
Sejak itu, Tasha juga mulai alergi stroberi sampai tomat, kemudian memutuskan untuk menemui dokter.
Dokter mengatakan Tasha harus hati-hati saat makan dan berjaga-jaga jika ada bahan-bahan makanan lain yang memicu reaksi serupa.
"Tubuhku bereaksi pada banyak hal, misalnya perubahan suhu, produk mandi, produk kecantikan, deodoran, semprotan (semua produk yang disemprotkan), semuanya," akunya.
Efek alergi yang terjadi pada tubuh Natasha bisa sangat fatal.
Dia mengaku, saat alerginya kambuh dia akan terbaring di ranjang rumah sakit, memakai masker oksigen, dan bahkan kehilangan kesadarannya.
Selain dari faktor luar, misalnya makanan, minuman, cuaca, udara, kebersihan, dll, Natasha juga alergi pada rambut dan air matanya sendiri.
Saat rambutnya tumbuh, kulit kepalanya melepuh dan (terasa) terbakar.
Ketika dia menangis, air matanya menyebabkan kemerahan di wajah.
Apa yang terjadi pada Natasha?
Dia didiagnosa menderita Mast Cells Activation Syndrome (MCAS), yang disebabkan karena mutasi genetik, sehingga jumlah sel mast di tubuhnya berlebihan.
Dalam kondisi normal, sel mast akan melindungi tubuh dari penyakit dengan melepaskan zat histamin dan heparin.
Di kondisi Tasha, jumlah sel mast di tubuh berlebihan, sehingga menyebabkan hiperresponsif, dan yang paling berbahaya bisa berpotensi mematikan.
Terlepas dari semua itu, Natasha dikenal sebagai pesenam difabel nomor 1 di Inggris.
Dia menjadi unggulan di ajang olah raga Disability British Championship atau Kejuaraan Disabilitas Inggris.
Tasha sudah menggeluti senam sejak usia delapan tahun.
Penyakitnya tidak memungkinkan baginya untuk ikut senam pada umumnya, jadi dia beralih ke senam difabel.
Itu pun tak mudah.
Berolahraga ternyata mempengaruhi kerja otaknya.
"Aku mengalami mati rasa dari siku dan lutut ke bawah. Jadi, ketika aku berdiri di atas balok, aku tidak bisa merasakan kakiku. Aku melihat balok untuk tahu di mana kakiku berada," ungkapnya.
(Tribun Jogja/ Fatimah Artayu Fitrazana)
