Menteri Perdagangan : Pasar Tradisional Merupakan Denyut Nadi Perdagangan Tanah Air
Lingkungan pasar yang tadinya masih kumuh, kini telah ditata sedemikian rupa, dengan tambahan sejumlah fasilitas penunjang untuk masyarakat.
Penulis: Azka Ramadhan | Editor: Gaya Lufityanti
TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Menteri Perdagangan RI, Enggartiasto Lukita, menegaskan pasar tradisonal sampai sekarang masih dianggap sebagai denyut nadi perdagangan.
Karena itu, upaya renovasi dan revitilasi, bakal terus digalakkan oleh pihaknya.
"Bagaimanapun juga, masyarakat tetap terbiasa dengan budaya tawar menawar, dengan komunitas yang ada. Kalau mau lihat culture suatu daerah, atau negara, lihatlah di pasar tradisionalnya," kata Enggar, di sela peninjauan Pasar Pingit, Yogyakarta, Sabtu (30/12/2017).
Ia mengatakan, dalam lima tahun masa kepemimpinannya, Presiden RI, Joko Widodo, mematok target renovasi dan revitalisasi bagi 5000 pasar tradisional, yang tersebar di seluruh penjuru tanah air.
Sampai sejauh ini, sedikitnya 2.970 pasar sudah tersentuh program tersebut.
"Asumsinya, satu tahun 1000 pasar, baik revitalisasi, maupun renovasi. Tapi, alokasi anggarannya kan terbatas. Tahun 2018 kita akan kejar, agar 4.000 pasar tercapai. Kemudian 1.000 lagi dikerjakan 2019, semoga bisa tercapai," ungkapnya.
Pasar Pingit sendiri, lanjut Enggar, termasuk satu di antara ribuan pasar tradisional tersebut, yang mendapat sentuhan revitalisasi, berkat sinergi pemerintah pusat dan daerah.
Ia menjelaskan, dana revitalisasi bersumber dari APBN dan APBD.
"Ada bantuan dari APBN, yang bekerjasama dengan APBD. Bagian bawah pasar dibangun dengan dana APBN. Kemudian pemerintah kota (Pemkot) membangun bagian atas, untuk fasilitas kantor, mushala, hingga ruang laktasi. Itu ditanggung APBD, bukan APBN," jelasnya.
Enggar berujar, dengan revitalisasi ini, secara otomatis kondisi Pasar Pingit menjadi lebih baik.
Menurutnya, lingkungan pasar yang tadinya masih kumuh, kini telah ditata sedemikian rupa, dengan tambahan sejumlah fasilitas penunjang untuk masyarakat.
"Kehadiran pasar retail modern adalah keniscayaan. Tapi, kehadirannya tidak boleh membunuh (pasar tradisional). Untuk itu, presiden selalu menekankan, selain dibangun dari segi fisik, diperhatikan juga para pedagangnya," ujarnya.
Lebih lanjut, untuk menjalankan mandat dari presiden, pihaknya sudah berkoordinasi dengan seluruh pemilik, atau pengelola pasar retail modern.
Enggar menuturkan, mereka wajib menyediakan akses barang dari pusat distributornya, untuk pedagang tradisional.
"Pedagang tradisonal punya pilihan. Mereka mau ambil dari distributor biasa, atau distributor yang telah disediakan, silakan. Bagaimana dananya? Tentu berbeda dengan pengusaha yang besar. Ada bank yang memberi kredit khusus untuk itu," cetusnya.
"Kita lakukan bertahap, di Jakarta sudah berjalan. Tahun depan, kita inventarisir, daerah mana yang bisa diterapkan program itu. Sehingga, nantinya level persaingan bisa sama, pasar tradisional tidak kalah, masyarakat pun punya lebih banyak pilihan," pungkas Enggar. (*)
