Danau Baru yang Menakjubkan di Lembah Serpeng Gunungkidul
Luas area yang longsor dan membentuk kawah besar itu kini sekitar 1,5 hektare.
Penulis: Setya Krisna Sumargo | Editor: Ari Nugroho
TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Kraaaaakkk.....kraaak... byurrr! Suara berderak itu terdengar susul menyusul dari tebing sisi selatan lembah Serpeng, Kamis (7/12/2017).
Dinding yang runtuh susul menyusul memperlihatkan lapisan tanah berseling lapis batuan gamping.
Runtuhan tanah dan batu itu jatuh ke genangan air kehijauan di dasar lembah, menimbulkan percikan air.
Runtuhan ini berlangsung terus menerus dalam tempo tertentu sejak Rabu (29/11/2017).
Luas area yang longsor dan membentuk kawah besar itu kini sekitar 1,5 hektare.
Lokasi yang juga kerap disebut Luweng Blimbing atau Luweng Anyar itu tadinya berukuran sekitar 20x40 meter saja.
Hujan dahsyat yang menimbulkan banjir besar pada Selasa (27/11/2017) dan Rabu (28/11/2017), membuat luweng itu penuh terisi air limpahan dari Luweng Tumbul yang jadi inlet aliran permukaan Kali Dengok yang tangkapan airnya di sekitar Mijahan dan Karangrejek.
Baca: Tak Mudah Petakan Sungai Bawah Tanah di Gunungkidul
Luweng Tumbul itu berlokasi di sebalah timur Luweng Blimbing.
Jaraknya tak sampai 500 meter.
Antara Luweng Tumbul dan Luweng Blimbing ini terdapat celah atau lubang di tebing barat Luweng Tumbul.
Jejak jatuhan tanaman di area perladangan antara Luweng Tumbul dan Blimbing memperlihatkan air mula-mula melimpas dari Luweng Tumbul ke arah Luweng Blimbing lewat lubang di tebing tadi.
Meski demikian, Luweng Blimbing juga sejak lama jadi inlet sungai-sungai kecil yang jadi area tangkapan air di sekitar lembah Serpeng di Desa Pacarejo, Semanu, Gunungkidul ini.
Volume air yang luar biasa membuat genangan air di Luweng Tumbul dan Blimbing naik sangat cepat.
Ketinggian genangan berdasar jejak yang ditinggalkan bervariasi antara 30 hingga 75 meter sesuai kontur tanah di lokasi itu.

"Seumur-umur baru kali ini saya menyaksikan banjir besar dan tempat ini tergenang hebat," kata Harjosastro (70), warga Dengok, dusun di sebelah utara lembah Serpeng.
"Biasanya musim hujan ya hanya banjir kecil, hilang sesudah hujan reda," imbuhnya.
Baca: Astra Motor Yogyakarta Dukung Pemulihan Warga Terdampak Siklon Cempaka
Luweng Blimbing sudah ada sejak lama, bersama Luweng Tumbul dan Luweng Seropan II di sebelah selatan lembah Serpeng ini.
Luweng Seropan II empat tahun lalu (19 Maret 2013) membuat heboh saat tiga mahasiswa tewas terjebak banjir saat susur gua.
Gua vertikal ini dalamnya sekitar 100 meter, bertingkat, dan di saluran bawahnya menurut warga Dusun Serpeng, yang pernah ikut turun susur gua, terdapat kolam raksasa.
Meski jika musim hujan mampu menampung air, namun takkan lama genangan bakal menghilang.
Dari jejak endapan lumpur di dasar lembah, terdapat lubang-lubang diduga ada saluran-saluran kecil (ponor) yang jadi pintu menghilangnya air.
Merunut kejadian langka dua pekan lalu, Suratin (40), warga Dusun Serpeng bercerita warga sekitar berbondong-bondong datang ke tepian lembah Serpeng.
Mereka takjub melihat munculnya danau raksasa di tengah hujan yang menderas selama dua hari.
"Warga memantau hingga menjelang malam. Kita khawatir air akan terus naik dan mengancam permukiman," kata Suratin, yang mengaku jadi pemandu lapangan di objek wisata Kalisuci.
Nah, saat kejadian ambrolnya luweng, Suratin tidak melihatnya langsung.
Namun hingga sekitar pukul 21, atau beberapa jam sebelum kejadian, ia minum kopi bersama warga yang berjaga tak jauh dari bibir lembah.
Sesudah malam, warga pulang ke rumah masing-masing.
Sekitar pukul 03.00, sejumlah warga Dusun Serpeng yang berjarak sekitar 750 meter dari lembah, mendengar suara seperti dentuman beruntun, suara gemuruh, dan dengungan panjang.
"Rupanya saat itulah tebing lembah runtuh, dasar luweng mungkin ambrol. Dengungan itu dari pusaran air yang tersedot cepat masuk luweng. Pagi-pagi saya ke sini, air sudah surut sangat banyak," ungkap Suratin.
Harjosastro (70), warga Dusun Dengok yang berjarak sekitar 3 kilometer juga mengaku mendengar suara menggelegar beruntun datang dari arah lembah Serpeng.
Paginya, ia baru mendapat kabar air di Luweng Blimbing nyaris lenyap ambles bumi.
Belum ada penelitian khusus ke mana aliran air yang ambles itu mengarah.
Namun menilik lokasinya yang berdekatan dengan Luweng Seropan yang di dasarnya mengalir sungai besar, kemungkinan air masuk ke saluran ini.
Kemungkinan besar saluran di dasar Luweng Seropan II ini kelanjutan dari sistem akuifer sungai bawah tanah Bribin-Baron yang berhulu di Ponjong.
Air yang ambles di Luweng Tumbul di sebelah Blimbing juga kemungkinan masuk ke saluran ini.
Lokasi Luweng Blimbing kini terus didatangi warga sekitar yang penasaran.
Pengunjung dari luar daerah juga terus berdatangan ingin melihat dari dekat lembah besar di kawasan Perhutani yang kian terbuka seperti kawah raksasa.
Fenomena ini disebut Dr Tjahyo Nugroho Adjie dari Fakultas Geografi UGM sebagai suffosion doline atau suffosion sinkhole.
"Intinya, tanah permukan tertelan sungai bawah tanah," kata Adjie.
"Ini juga sering disebut subsidence doline karena perubahan sifat hidrologis akibat banjir pada sungai bawah tanah di bawahnya," lanjut pakar karst Gunungkidul ini.
Tentang warna air yang kemudian dari cokelat menjadi kehijauan, disebabkan penguapan atau evaporasi.
"Air murninya menguap, tertinggal unsur mayor yang dominan terlarut dalam air, yaitu kalsium dan bikarbonat," paopar Adjie.
Kepala Desa Pacarejo, Suhadi, sudah melaporkan fenomena alam ini kepada pihak- pihak terkait.
Ia berharap ada kajian secepatnya di semua aspek, termasuk segi keamanan lingkungan karena lokasi ini dekat lahan pertanian dan permukiman.
"Ke depan jika situasi sudah memungkinkan barangkali bisa dikaji untuk pengembangan spot wisata," lanjut Suhadi sembari mengingatkan warga dan pengunjung senantiasa waspada jika mendekati lokasi ini.
Luweng Blimbing ini relatif mudah dicapai dari berbagai arah.
Akses jalan menuju ke dusun terdekat relatif baik.
Bisa dari arah Semanu via Pacarejo, ataupun dari kawasan Geokarst Ngingrong, Desa Mulo, Wonosari.
Dari Kota Wonosari bisa melalui jalan utama menuju Pantai Baron dan objek wisata pesisir.
Di pertigaan Mulo, belok kiri arah Ngingrong.
Masih lurus sekitar satu kilometer belok kiri tepat di jalan masuk Dusun Serpeng.
Ada tugu penanda masuk dusun.
Sekitar 1,5 kilometer ada Telaga Serpeng di sebelah kiri jalan.
Persis di kanan jalan ada jalan beton masuk Pedukuhan Serpeng.
Lokasi lembah dan luweng ada di sebelah timur dusun ini, di tengah ladang dan hutan jati.(TRIBUNJOGJA.COM)