Persuasi Pemkab Kulonprogo Terhadang Sikap Keras Warga Penolak Bandara NYIA

Warga seringkali tak mau ditemui atau bahkan menghindar saat didatangi. Ini tentu saja menyulitkan pemdes dalam menjalin komunikasi.

Penulis: Singgih Wahyu Nugraha | Editor: Gaya Lufityanti
TRIBUNJOGJA.COM / Hasan Sakri
Alat berat meratakan rumah warga yang telah kosong ditinggal penghuninya saat berlangsung proses pengosongan lahan calon bandara New Yogyakarta International Airport di Glagah, Temon,Kulonprogo, DIY, Senin (4/12/2017). 

TRIBUNJOGJA.COM, KULONPROGO - Pemerintah Kabupaten Kulonprogo menyatakan pendekatan terus dilakukan kepada warga terdampak pembangunan bandara di Temon yang masih bertahan melakukan penolakan.

Hanya saja, sikap keras warga bersangkutan membuat upaya pemerintah untuk membantu pun termentahkan.

Sekretaris Daerah Kulonprogo, Astungkara mengatakan, pada dasarnya Pemkab Kulonprogo berusaha untuk mendekati warga agar merelakan lahan dan bersedian pindah dari areal lahan pembangunan bandara.

Hal ini lantaran Pemkab berempati dan tidak ingin warga mendapat kesulitan lebih rumit di kemudian hari. 

"Ketika warga tidak mau mengambil dana ganti rugi yang dikonsinyasikan, merkea tidak bisa apa-apa karena lahannya ada di area Izin Penetapan Lokasi (IPL) pembangunan bandara. Akhirnya mereka jadi terisolir dan menyulitkan diri sendiri," kata Astungkara, Jumat (8/12/2017).

Sikap warga untuk bertahan disebutnya bisa menghadapkan mereka pada konsekuensi berat.

Pemkab dalam hal ini akan berkoordinasi lagi dengan AP I dan aparat keamanan untuk langkah persuasif mendekati warga. 

Pemrakarsa pembangunan bandara dimintanya untuk menjalankan pekerjaan lain di luar petak lahan yang masih dihuni warga.

Ia tak memungkiri bahwa persoalan penolakan warga dan pembebasan lahan yang belum usai itu menjadi pekerjaan yang harus dituntaskan segera. 

Kepala Desa Palihan, Kalisa Paraharyana menyatakan jajarannya berusaha untuk tetap melakukan pendekatan kepada warga penolak.

Hanya saja, sikap warga memang kerap tak sejalan.

Warga seringkali tak mau ditemui atau bahkan menghindar saat didatangi.

Ini tentu saja menyulitkan pemdes dalam menjalin komunikasi.(*)

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved