Banjir dan Longsor DIY
Susah Payah Menabung 6 Bulan, Uang Persalinan Warga Bantul Ini Ikut Tersapu Banjir
Uang tersebut adalah hasil menyisihkan jatah belanja yang ia terima dari Ngajiono dari laba berjualan pisang.
Penulis: Susilo Wahid Nugroho | Editor: Gaya Lufityanti
Sementara anggota keluarga ia ajak pergi ke tempat yang lebih aman sembari ia membawa surat penting.
Sayangnya, ketinggian air seperti di luar prediksi Ngajiono.
Ia tak mengira ketinggian air sampai hampir atap teras rumah.
"Baju basah, isi lemari termasuk buku milik anak saya semuanya basah, perabot dapur juga hanyut sekarang entah dimana, tembok belakang rumah juga jebol," katanya.
Yang tak kalah menyesakkan, ternyata ada sejumlah uang yang sengaja diletakkan di bawah kasur oleh sang istri.
"Saya malah tidak tahu kalau ada uang di bawah kasur, niat saya yang penting menaruh kasur di atas lemari supaya tidak basah kena air banjir kemarin," kata Ngajiono.
Istri Ngajiono, Suprihatin mengatakan ia sengaja menaruh uang di bawah kasur.
Jumlahnya sekitar Rp 6 juta.
Uang tersebut adalah hasil menyisihkan jatah belanja yang ia terima dari Ngajiono dari laba berjualan pisang.
"Pokoknya sisa Rp 5 ribu atau Rp 10 ribu tiap hari selalu saya sisihkan," kata Suprihatin.
Sedianya, uang tersebut menjadi dana simpanan yang sengaja disiapkan Suprihatin sebagai tambahan biaya untuk kelahiran cucu pertamanya.
Anak Suprihatin yang pertama bernama Lusmainawati ternyata sedang hamil tua.
Sudah enam bulan Suprihatin mengumpulkan uang tersebut.
Suprihatin pasrah, ketika uang untuk berjaga-jaga proses persalinan cucu pertamanya raib karena banjir.
Ia dan Ngajiono kini sedang mengupayakan agar mendapat ganti uang Rp 6 juta yang hilang tersebut.
Meski tak sampai Rp 6 juta karena tinggal akhir Januari nanti perkiraan kelahiran.
"Tidak apa-apa yang penting kami berusaha dulu, kalau tidak cukup ya pinjam sana-sini, mau gimana lagi, saya selalu berharap ada bantuan pemerintah pasca banjir kemarin apapun bentuk dan berapapun nilainya, karena kami kehilangan banyak harta benda kemarin," kata Ngajiono. (*)