Sebar Udhik-udhik, Tanda Dimulainya Prosesi Kondur Gangsa
Ritual udhik-udhik sendiri, memiliki filosofi kemurahan Sri Sultan kepada rakyat, untuk memberi kemakmuran.
Penulis: Azka Ramadhan | Editor: oda
TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Ratusan warga masyarakat memadati halaman Masjid Gedhe Kauman, Yogyakarta, pada Kamis (30/11/2017) malam.
Bukan tanpa alasan, kedatangan mereka untuk memburu udhik-udhik yang disebar oleh Sri Sultan Hamengku Buwono X.
Sebar udhik-udhik oleh Raja Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat itu, menjadi tanda dimulainya prosesi Kondur Gangsa, yakni pulangnya dua gamelan pusaka milik Keraton Yogyakarta, setelah tujuh hari berturut-turut ditabuh di Pagongan, komplek Masjid Gedhe Kauman.
Udhik-udhik berisikan pecahan uang logam Rp 500, beras kuning dan kembang mawar tersebut, disebar oleh Sri Sultan di Pagongan Kidul, tempat Kyai Nagawilaga dibunyikan selama gelaran Sekaten.
Pada kisaran pukul 20.30 WIB, Ngarsa Dalem tampak sudah tiba di lokasi.
Ritual udhik-udhik sendiri, memiliki filosofi kemurahan Sri Sultan kepada rakyat, untuk memberi kemakmuran.
Benar saja, didukung cuaca yang begitu cerah, masyarakat dari berbagai penjuru pun tumpah ruah menjadi satu, dengan harapan memburu berkah dari sang raja.
"Sudah dari tadi siang nunggu di Masjid Gedhe, mau ikut ngerayah udhik-udhik dari Ngarsa Dalem. Alhamdulillah dapat satu (pecahan uang logam)," ujar Rodiyatun (46), warga Playen, Gunung Kidul, yang datang bersama dua saudaranya
Tidak bisa dipungkiri, udhik-udhik yang dibagikan langsung oleh Kanjeng Sinuwun tersebut, dipercaya bisa mendatangkan berkah, ketenangan, dan kelancaran rezeki, bagi masyarakat luas.
Karena itu, tak memandang tua maupun muda, semuanya ikut serta memperebutkannya.
"Anak saya ikut ngerayah udhik-udhik tadi, ikut ngalap berkah. Tidak tahu dapat berapa, tapi yang penting dapat. Buat disimpan di rumah saja, bisa melancarkan rezeki dari Gusti Allah," kata Darmono, warga Bantul, yang mengajak serta anak laki-laki remajanya.
Usai menyebar udhik-udhik, Sri Sultan Hamengku Buwono X lantas memasuki serambi Masjid Gedhe Kauman, bersama para abdi dalem, untuk mengikuti pembacaan risalah Maulud Nabi Muhammad SAW, oleh Kyai Penghulu KRT Ahmad Muhsin Kamaludiningrat.
Istimewanya, tahun ini adalah Sekaten tahun Dal yang bisa dibilang lebih istimewa dibanding tahun-tahun lain.
Pada tahun Dal yang datang setiap delapan tahun sekali, dilakoni pula ritual Jejak Beteng, yang dilakukan oleh Ngarsa Dalem dalam prosesi Kondur Gangsa ini.
Sama halnya dengan ritual udhik-udhik, tatanan bata yang rubuh 'dijejak' Sri Sultan seusai mengikuti pembacaan risalah Maulud Nabi Muhammad SAW tersebut, lantas diperebutkan oleh ratusan warga, sebagian besar laki-laki, yang sudah menantikan momentum sakral setiap satu windu sekali itu. (*)
