Kisah Mbah Nardi, Si Tukang Pijat Jalanan di Sudut Kota Yogyakarta

Jika kondisi cuaca cerah, ia setiap hari setiap dari pukul 07.30 WIB- 01.00 Wib menunggu para pengguna jasanya mampir untuk dipijat.

Penulis: Ahmad Syarifudin | Editor: Muhammad Fatoni
Tribun Jogja/ Ahmad Syarifudin
Mbah Nardi sedang mengurut mahasiswa yang keseleo, di jalan Gelaran, tepatnya di depan kampus Sanata Dharma, Sabtu (25/11/2017) malam. 

Laporan Reporter Tribunjogja.com, Ahmad Syarifudin

TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Walaupun sudah tak bisa dikatakan muda lagi, jemari renta Mbah Nardi terlihat begitu cekatan memijat setiap bagian tubuh pengguna jasanya.

Ya, Mbah Sunardi merupakan seorang tukang pijat urut jalanan.

Bermodalkan sepeda ontel dan spanduk bertuliskan pijat urut jalanan, Mbah Nardi biasa mengandalkan peruntungannya di jalan Gejayan, tepatnya di depan Kampus Sanata Dharma.

Jika kondisi cuaca cerah, ia setiap hari setiap dari pukul 07.30 WIB- 01.00 Wib menunggu para pengguna jasanya mampir untuk dipijat.

Kepada Tribunjogja.com, Lelaki berusia 64 tahun tersebut bercerita, dirinya mulai membuka praktek pijat urut jalanan dari sekitar 6 bulan yang lalu.

Tepatnya ketika bulan Ramadhan 1438 H yang telah lalu.

"Kalu tidak hujan, setiap hari saya buka praktek disini sejak bulan puasa kemarin," ujar Mbah Nardi, Sabtu malam.

Dijelaskan Mbah Nardi, awal mula dirinya memutuskan untuk membuka praktik pijat urut di jalanan lantaran terpaksa karena beberapa hotel sudah tak membutuhkan jasanya lagi.

Ia mengaku, sebelum jadi pijat urut jalanan, dirinya mengandalkan peruntunganya dengan pijat keliling hotel.

"Sebelum disini, saya menawarkan jasa pijat keliling hotel," ungkap dia.

Namun, semenjak okupansi hotel di Yogyakrta menyusut, dirinya tak mampu lagi mengandalkan hotel untuk mencari rezeki.

Uniknya, selama menjalankan profesi sebagai tukang pijat, Mbah Nardi mengaku tak pernah mematok tarif sebagai imbalan dari jasanya.

Para pengguna jasanya yang menentukan sendiri Besaran biaya berapa yang harus dibayarkan.

Dibayar berapapun ia mengaku pasti akan menerima dengan perasaan senang.

"Saya tidak pernah mematok tarif, setelah di pijat, berapapun yang diberikan kepada saya, pasti saya terima dengan legowo (senang hati)," ungkap dia.

Diceritakan Mbah Nardi, selama ini para pengguna jasanya sebagian besar sering datang dari kalangan mahasiswa.

Para Mahasiswa ini, kata Mbah Nardi kebanyakan mengeluh karena sakit kepala, badan pegal-pegal dan capek.

"Ada juga karena keseleo," imbuh dia.

Untuk mengatasi semua keluhan yang datang dari para pengguna jasanya, Mbah Nardi memiliki beberapa ramuan oles diantaranya Handbody, minyak Gandapura, minyak telon, minyak GPU dan parem.

Parem ini dilulurkan di bagian tubuh pasien yang akan berkhasiat untuk mengundurkan otot-otot yang tegang.

"Terbuat dari campuran Kencur, jahe, sereh, dan cengkeh," ujar dia. (*)

Sumber: Tribun Jogja
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved