44 Tahun Mbah Nardi Jalani Profesi Tukang Pijat Urut

Karena terbiasa membantu sang kakek memijat pelanggan akhirnya lama kelamaan ilmu pijat itu menular pada dirinya.

Penulis: Ahmad Syarifudin | Editor: Muhammad Fatoni
Tribun Jogja/ Ahmad Syarifudin
Mbah Nardi sedang mengurut mahasiswa yang keseleo, di jalan Gelaran, tepatnya di depan kampus Sanata Dharma, Sabtu (25/11/2017) malam. 

Para pengguna jasanya yang menentukan sendiri Besaran biaya berapa yang harus dibayarkan.

Dibayar berapapun ia mengaku pasti akan menerima dengan perasaan senang.

"Saya tidak pernah mematok tarif, setelah di pijat, berapapun yang diberikan kepada saya, pasti saya terima dengan legowo (senang hati)," ungkap dia.

Diceritakan Mbah Nardi, selama ini para pengguna jasanya sebagian besar sering datang dari kalangan mahasiswa.

Para Mahasiswa ini, kata Mbah Nardi kebanyakan mengeluh karena sakit kepala, badan pegal-pegal dan capek.

"Ada juga karena keseleo," imbuh dia.

Untuk mengatasi semua keluhan yang datang dari para pengguna jasanya, Mbah Nardi memiliki beberapa ramuan oles diantaranya Handbody, minyak Gandapura, minyak telon, minyak GPU dan parem.

Parem ini dilulurkan di bagian tubuh pasien yang akan berkhasiat untuk mengundurkan otot-otot yang tegang.

"Terbuat dari campuran Kencur, jahe, sereh, dan cengkeh," ujar dia.

Bermodalkan sepeda ontel dan spanduk bertuliskan pijat urut jalanan, Mbah Nardi setiap hari mengandalkan peruntungannya di jalan Gejayan, tepatnya di depan Kampus Sanata Dharma.

"Jika kondisi cuaca cerah, dari pukul 07.30 WIB sampai pukul 01.00 Wib," terang dia. (*)

Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved