Eliminate Dengue Project Yogyakarta Sebar Perawat untuk Studi Keberhasilan Nyamuk Ber-Wolbachia

Para staf EDP telah disebar di puskesmas-puskesmas Kota Yogyakarta dan Puskesmas Sewon untuk program ini.

Penulis: Santo Ari | Editor: Ari Nugroho
TRIBUNJOGJA.COM / Santo Ari
Anggota Staf EDP Yogyakarta menunjukkan perangkap nyamuk bernama BGTrap yang digunakan untuk memantau populasi nyamuk, Jumat (10/11/2017) 

TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Eliminate Dengue Project Yogyakarta (EDP Yogya) tengah melakukan studi dengan koresponden dari pasien Demam Berdarah Dengue (DBD).

Para staf EDP telah disebar di puskesmas-puskesmas Kota Yogyakarta dan Puskesmas Sewon untuk program ini.

Dr. Riris Andono AhmadSaat, Epidemiologis EDP, mengatakan pihaknya telah memulai studi yang bertujuan untuk melihat dampak nyamuk ber-Wolbachia yang telah dilepaskan terhadap kejadian DBD di Kota Yogyakarta.

Studi yang diberi nama Aplikasi Wolbachia dalam Eliminasi Dengue (AWED) ini ingin membuktikan bahwa kasus DBD di wilayah yang mempunyai nyamuk ber-Wolbachia jauh lebih rendah dibandingkan dengan kasus di wilayah yang tidak mempunyai nyamuk ber-Wolbachia.

Riris memperkirakan studi ini akan memakan waktu sampai dua tahun.

Sebelumnya mereka telah membagi Yogyakarta menjadi 24 klaster atau wilayah.

Kemudian 12 Klaster yang dipilih secara acak telah dilepas nyamuk ber-Wolbachia sejak Maret kemarin.

Adapun nyamuk berbakteri Wolbachia adalah protagonis untuk melawan nyamuk Aedes Aegypti yang menjadi aktor penyebab demam berdarah.

Baca: Populasi Nyamuk di Yogyakarta Meningkat sampai 60 Persen

Nyamuk ini akan disebar untuk menjalankan misi kawin dengan nyamuk Aedes Aegypti dan memberi keturunan barisan nyamuk Aedes Aegypti yang sudah terpapar bakteri Wolbachia.

Dengan begitu, populasi nyamuk Aedes Aegypti akan terus menurun.

Untuk melihat perkembangan program ini, EDP telah menyebar perawat dengan identitas khas berupa jas berwarna dominan hijau dan oranye.

Perawat ini akan bersiaga di tiap Puskesmas untuk merekrut pasien.

Rekrutmen ini telah berjalan sejak rabu minggu lalu.

Para perawat ini akan meminta izin kepada pasien untuk diambil darahnya.

"Kalau ada yang demam di Puskesmas, akan kami lihat apakah pasien ini tinggal di tempat yang ada nyamuk ber-Wolbachia atau tidak. Kami juga akan tanya 10 hari sebelum sakit apakah pasien ke kawasan yang ada nyamuk ber-Wolbachia atau tidak," terangnya.

Dengan studi ini, ia berharap akan terlihat dampak yang positif setelah disebarnya nyamuk ber-Wolbachia.

EDP Yogya selama ini telah melakukan pelepasan nyamuk ber-Wolbachia dengan cara menitipkan ember berisi telur nyamuk di sebagian wilayah Kota Yogyakarta.

Dari pantauan EDP Yogya saat ini, menunjukkan bahwa sebagian besar wilayah sudah mencapai ambang batas proporsi dimana nyamuk ber-Wolbachia dapat berkembang secara alami.

Dengan demikian sebagian proses penitipan ember telah dihentikan sementara sambil tetap diapantau perkembangan Wolbachia-nya.

Selain itu, pihaknya juga telah menyebar perangkap nyamuk bernama BGTrap.

Dari perangkap nyamuk tersebut akan diperoleh gambaran populasi nyamuk baik di musim kemarau maupun musim hujan.

Dengan alat ini pula EDP Yogya memperoleh data persentase nyamuk Ae. aegypti ber-Wolbachia, nyamuk aman yang telah dilepaskan di Kota Yogyakarta sejak Agustus 2016.(TRIBUNJOGJA.COM)

Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved