Cerita Bripda Taufiq - Lama Tak Betemu, Langsung Sujud di Pangkuan Ibu Ketika Hendak Menjadi Polisi

Mendapati perekonomian keluarga yang tak menentu, ia akhirnya memberanikan diri untuk menjadi anggota polisi.

Penulis: Ahmad Syarifudin | Editor: oda
Tribun Jogja/Santo Ari
Bripda Taufiq Hidayat bersama keluarganya yang mendapat rumah baru di Rusunawa Jongke, Sabtu (17/1/2015). 

Laporan Reporter Tribunjogja.com, Ahmad Syarifudin

TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Nama Bripda Taufiq sempat melecit semenjak diberitakan tinggal dibekas kandang Sapi pada Januari 2015 silam.

Ia terpaksa menempati bekas kandang sapi ditanah kas desa, lantaran rumahnya dijual, imbas dari perceraian kedua orangtuanya.

Masa itu adalah masa terberat dalam hidupnya.sebagai anak lelaki tertua, ia menjadi tulang punggung ayah dan ketiga adik-adiknya.

Mendapati perekonomian keluarga yang tak menentu, ia akhirnya memberanikan diri untuk menjadi anggota polisi.

Kepada Tribunjogja.com, ia bercerita, awalnya berkas pendaftaran polisi yang ia ajukan sempat ditolak karena kurang menyertakan tanda tangan Ibu dalam surat perjanjian.

“Waktu itu, Tim seleski bilang, ini seharusnya tanda tangan Ibu, bukan Ayah,”ujar dia mengenang.

Ia diminta untuk segera mengurus berkas yang keliru hari itu juga.

Namun ia bingung, karena ibu Bripda Taufiq sudah lama tak tinggal bareng keluarga.

“Saya pasrah, karena saya nggak tau, ibu ada dimana,”cerita dia

Ia mengutarakan kegundahan itu kepada sang ayah, namun ayah Bripda Taufiq tak banyak memberikan jalan keluar.

“Ayah waktu itu bilang, Ibu sudah pergi, nggak tau dimana,”ujarnya

Saat itu juga, dirinya sudah hampir menyerah untuk melanjutkan seleksi menjadi anggota polisi.

Namun, tiba-tiba keajaiban itu datang. 

Menjelang sore hari, handphone nya tiba-tiba berdering dari sebuah nomor panggilan yang tidak dikenal.

Ia panggilan tersebut, dan puji tuhan, panggilan telefon tersebut berasal dari ibunya yang telah lama pergi.

“Saya langsung bilang, Ibu dimana, Ibu dimana,” rajuk Bripda Taufiq kepada ibunya.

Kendati sudah tersambung via telefon, ternyata ibunya belum bisa ditemui lantaran belum memberikan alamat tempat tinggalnya yang baru.

Ia tak putus asa, ia terus menunggu kapan ibunya bisa ditemui.

Setelah memberikan alamat, menjelang jam 01.00 WIB dini hari akhirnya sang ibu bisa ditemui setelah perjuangan panjang menyusuri keberadaanya.

“Dihadapan sang Ibu, saya langsung bersujud. Saya bilang, saya ingin jadi polisi Bu,”ungkap dia.

Mendapati keinginan sang anak yang dirasa terlalu tinggi, Ibu bripda Taufiq berkata seperti ini.

“Sopo sing arep modali kowe lek, Ibu nggak ndue apa-apa, (Siapa yang mau memberimu modal nak, ibu tidak punya apa-apa)” ujar Bripda Taufiq menirukan perkataan ibunya.

Ia kemudian menjelaskan, Ibunya waktu itu berfikiran bahwa menjadi polisi itu harus bayar sekian ratus juta, sementara ia sendiri tak memiliki apa-apa.

“Saya cuma butuh doa dan restu ibu,” jawab Taufiq meyakinkan hati sang Ibu.

Dengan keyakinan itu, akhirnya sang ibu mau tanda tangan surat perjanjian yang ia bawa.

“Ibu restui, ibu dukung dan ibu akan doakan,” ujar sang Ibu yang ditirukan Bripda Taufiq.

Bermodalkan restu dari ibu, akhirnya Bripda Taufiq kembali untuk melanjutkan seleksi demi seleksi perjalanan menjadi anggota polisi.

Dan berhasil lulus tanpa membayar sepserpun. Murni karena perjuangan, dan tentu doa sang bunda.

“2014 awal saya diterima, 7 bulan kemudian ikut sekolah dan per-Desaember 2014, saya dilantik. Tugas pertama di Sat Sabhara Polda DIY,” jelas Bripda Taufiq.

 Saat ini ia menjalani tugas kedinasan di Sat Binmas, tepatnya di unit Bintibmas Polres Sleman, Yogyakarta. (*)

Sumber: Tribun Jogja
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved