Bunga Amarilis - Ketekunan Sukadi Rawat Tanaman yang Dibenci Petani Berbuah Rupiah yang Melimpah

Sukadi (46) berhasil ‘menyulap’ tanaman gulma yang paling dibenci oleh para petani menjadi ladang rezeki.

Tribun Jogja/Hanin Fitria
Kebun bunga amarilis milik Sukadi (46) di Gunungkidul 

Laporan Reporter Tribun Jogja, Hanin Fitria

TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Sukadi (46) berhasil ‘menyulap’ tanaman gulma yang paling dibenci oleh para petani menjadi ladang rezeki.

Tanaman itu adalah amarilis.

Tak hanya penghasilannya saja yang meningkat, namun masyarakat sekitar rumah Sukadi juga ikut keciprapatan keuntungan keberadaan kebun amarilis yang kini berubah jadi tempat wisata situ.

Ternyata, ide Sukadi membuat taman bunga amarilis tidak hanya muncul begitu saja.

Semua berawal ketika Sukadi melihat banyak petani yang memusnahkan bunga amarilis karena dianggap sebagai tanaman penganggu.

“Kalau semua tanaman pengganggu (amarilis) dimusnahkan bisa punah,” ujar Sukadi saat ditemui tribunjogja.com, Sabtu (16/10/2017).

Cerita bermula saat 2012. Kala itu, Sukardi dan istrinya mulai menekuni budidaya bunga amarilis.

Sebagai langkah awal budidaya, Sukadi menanam bunga amarilis sedikit demi sedikit di halaman rumahnya.

Rumahnya terletak di Desa Salam, Kecamatan Patuk, kabupaten Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). 

 Selain dibudidayakan, Sukadi menjual bibit bunga amarilis dipinggir jalan.

 “Awalnya hanya jual bibit saja, belum kepikiran membuat kebun bunga amarilis,” ujar Wartini, istri Sukadi.

Wartini mengatakan di 2013 menggunakan uang tabungannya membeli 2 ton bibit bunga amarilis dan membuat taman bunga amarilis di halaman rumahnya.

Luas kebun saat itu mencapai 2.350 meter persegi. 

Beberapa bulan merawatnya, di 2015 bunga amarilis ini bermekaran kemudian menjadi viral.

Halaman
12
Sumber: Tribun Jogja
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved