Bunga Amarilis Dulu Disia-sia, Kini Malah Membawa Berkah untuk Warga Gunungkidul
Masyarakat setempat menganggap bunga itu sebagai gulma atau tanaman penganggu.
Penulis: Rendika Ferri K | Editor: Ari Nugroho
Camat Patuk, Haryo Ambar Suwardi mengatakan, warga melihat ada potensi yang dapat dikembangkan.
Tingginya jumlah wisatawan yang berkunjung, mendorong warga membuat wisata bunga amarilis.
Tak sampai di situ saja, mereka juga mengembangkan motif batik dari bunga amarilis.
Motif batik ini bercorak bunga amarilis kini sudah mendapatkan paten, dan dijual kepada masyarakat.
"Batik ini asli kreasi warga kami, dan kini sudah dipatenkan. Selembar bisa dijual 125ribu. Selain itu warga juga menjual bibit bunga amarilis kepada pengunjung. Harganya Rp 3.000 per pot," ujarnya.
Lanjut Haryo, keberadaan bunga Amarilis yang semula dianggap gulma ini sekarang malah dilestarikan dan dirawat oleh masyarakat.
Karena membawa berkah dan rejeki untuk masyarakat.
"Kini bunga itu semakin dilestarikan, karena membawa peruntungan bagi masyarakat Gunungkidul, khususnya warga masyarakat Patuk," ujarnya.(TRIBUNJOGJA.COM)